Minggu, 05 Juli 2015

Ashatikane-


Aku adalah seorang Turis yang kebetulan berkunjung ke Jepang saat musim panas, aku pikir, Jepang adalah Negara yang indah dengan beragam kebudayaan Lokal yang menarik, namun sepertinya aku harus merubah presepsi itu setidaknya setelah aku mengenal sebuah permainan Lokal, permainan yang tak kan pernah ku lupakan sepanjang hidupku.
Mereka menyebutnya dengan Ashatikane—atau entahlah, logat mereka sangat sulit di tiru, namun, dari beberapa sumber kenalanku yang mengetahui ceritaku, itu adalah permainan kuno, nama asli permainan itu adalah “Perjalanan kematian” ada garis harafiah yang tidak bisa di jelaskan kenalanku tentang makna sebenarnya permainan ini.
Dia menjelaskan lebih jauh, sebenarnya ini bukanlah jenis permainan melainkan sebuah tradisi untuk bertemu dengan seseorang yang sudah meninggal, aku tidak akan menjelaskan ini lebih jauh namun inti dari tradisi ini adalah untuk bertemu siapapun yang ingin kau temui namun dia yang ingin kau tamui adalah orang yang sudah mati. Karena dalam ajaran Sinto, orang yang mati, tidak akan langsung ke alam lain, melainkan dia akan mengikuti siapapun yang dia sukai semenjak di dunia. Aku tidak ingin membicarakan ini lebih jauh jadi aku langsung saja bagaimana aku mengalami semua ini.
Suatu Sore, aku berkunjung di sebuah kuil di utara Tokyo, dan aku bertemu dengan segerombolan para gadis remaja, mereka sedang tampak membicarakan sesuatu dengan nada bercanda. Aku juga adalah remaja, dan ku pikir, ikut bergabung bersama mereka adalah cara yang tepat untuk saling mengenal budaya jepang lebih jauh.
Seperti kebanyakan orang jepang, mereka akan memandangmu sinis, agak canggung awalnya, namun perlahan—lahan mereka mulai mencoba akrab. Kami banyak menghabiskan waktu untuk berbicara dan mereka tampak menyenangkan, termasuk mengajakku untuk makan di sebuah kedai, kau bisa menemui kedai di sepanjang jalan atau bawah jembatan dengan mudah. Mereka menjelaskan kedai-kedai ini adalah budaya yang sudah ada sejak jaman dulu,
Waktu semakin larut, dan ku pikir, aku harus kembali ke Hotelku, jadi aku segera berpamitan, namun seorang gadis menghentikanku, dia mengatakan “bukankah anda ingin mengenal budaya jepang?”
“ya—“ aku menjawab antusias.
“kalau bagitu, kamu harus tahu. Tidak sopan meninggalkan para gadis di kedai, dan cara berpamitan yang benar bukan seperti yang kamu lakukan.”
Untuk beberapa saat, aku menangkap sirat pandangan para gadis , entah kenapa pandangan mata mereka seperti ingin mengerjaiku, namun aku adalah orang asing, dan bila mereka mengatakan aku tidak sopan maka sepertinya itu memang tidak sopan. Jadi aku bertanya pada mereka apa yang harus ku lakukan.
Mereka menjelaskan cara berpamitan yang benar adalah dengan melakukan permainan “Ashatikane—“ aku mengangkat alis, dan mereka seolah tahu maksudku dengan langsung mengatakan, “ini hanya sebentar kok, palingan Cuma 5 menit.”
Ku pikir 5 menit bukanlah waktu yang panjang jadi aku setuju dengan cara bermain mereka.
Mereka membawaku pada sebuah jalanan yang sepi, yang mengarah pada perempatan—(sisi dimana pertemuan dari 4 persimpangan), salah satu gadis mengambil sebuah dasi dari tasnya dan berniat mengikatnya di mataku, namun dia menjelaskan lebih dulu tentang apa yang harus aku lakukan, gadis lain memberikanku sepasang sumpit di tanganku.
“kami biasa memainkan permainan ini untuk melihat setulus apakah perkenalan kita” ucap gadis berambut panjang yang cukup manis, “jadi—bila kamu menang dalam permainan ini, mungkin kita memang di takdirkan untuk menjadi sahabat atau lebih jauh, kita berjodoh”
Aku tidak bisa menyembunyikan wajahku yang memerah.
“kau hanya perlu berjalan lurus dengan mata tertutup menuju tepat di tengah jalan itu, saat berjalan kau harus membuat sumpit ini berdenting dengan menepukkanya satu sama lain—setelah itu, tetap focus dan berjalan lurus, bila kau berhasil maka kita akan tahu jawabanya.”
Setelah mendengarnya, aku berpikir, itu adalah hal yang mudah, jadi aku segera melakukanya setelah mereka menutup mataku, untuk sejenak, aku mendengar mereka mengatakan sesuatu, aku memang tidak terlalu menguasai bahasa jepang, namun aku cukup mengerti bahasa sehari-hari mereka, dan apa yang mereka katakan, itu seperti sebuah Mantra.
Pandanganku sepenuhnya gelap, aku sudah tidak mendengar suara-suara mereka, sangat hening—lebih dari keheningan, tanganku gemetar, aku mencoba melepaskan penutup mataku, namun tiba-tiba suara pemecah yang membuatku tersentak terdengar, seperti wanita yang menjerit sangat keras—aku sampai ketakutan.
Aku mulai berjalan, angin berhembus sangat kencang—suasana dingin terasa sampai menusuk tulangku, dan perlahan suara-suara itu muncul. Aku bisa mendengar suara tawa cekikikkan seolah aku adalah bahan lelucon, namun bukan suara para gadis, melainkan suara melengking yang tak bisa ku jelaskan, perlahan suara-suara itu menjadi tangisan dan jeritan, sangat memekikkan dan menyakitkan, kakiku gemetar dan aku mulai kehilangan keberanian. Apapun yang terjadi padaku, aku seperti berjalan di tengah –tengah keramaian.
Aku berjalan tertatih—tatih, namun suara yang bercampur aduk seperti membuat otakku tak karuan, penderitaan dan kesenangan terdengar memekikkan, sampai aku merasakan sesuatu mencengkram lenganku, menghempaskanku, dan berusaha mencekikku sangat kuat. Sesuatu yang lunak membasahi pipiku, seperti jilatan lidah, aku mencoba melawan, namun apapun itu berteriak sangat keras.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, hingga aku berfikir untuk melepas penutup mataku, bila aku tewas disini setidaknya aku tahu, siapa yang mencoba membunuhku.
Ku tarik penutup mataku dengan tangan kiriku, dia mencoba mencegahnya namun aku berhasil membukanya, ketika aku membuka mataku, aku tidak melihat siapapun di depanku, bahkan tidak ada apapun disini, hanya aku—dan para gadis , mereka lenyap.
Aku segera berlari dan menyelamatkan diri, aku tidak lagi menceritakan ini pada siapapun, akibat trauma yang membayangiku, bahkan terkadang aku masih mendengar suara-suara itu. Hingga aku akhirnya berani menulis ini dan menceritakanya pada kenalanku.
Kenalanku mengatakan aku adalah orang yang beruntung bisa selamat dari tempat itu, karena bila kau berhasil melihatnya—dia tidak akan melepaskanmu. Para gadis itu melakukan itu, hanya untuk bermain-main, namun kemungkinan para gadis itu adalah salah satu hamba dari mereka.
Aku hanya ingin mengingatkan kalian, dan ini dari kenalanku—bila kalian pergi ke jepang, dan berkunjung ke kuil yang ada dimanapun, jangan pernah mendekati gadis yang sedang bergerombol. Karena Umumnya, para gadis jepang tidak suka bergerombol terutama di Kuil-kuil.

The Holder of Present


Di setiap kota, di setiap negara, pergilah ke institusi mental manapun atau ke sebuah rumah singgah manapun. Ketika kamu tiba di meja resepsionis, tanyakan apakah kamu bisa menemui seseorang yang menyebut dirinya "The Holder of Present". Pekerja itu akan menatapmu heran, kamu harus menanyakannya lagi. Setelah pekerja itu paham akan pertanyaanmu, ia akan membimbingmu melewati pintu menuju sebuah lorong yang seakan akan adalah perpanjangan dari neraka itu sendiri.
Di lorong ini, kamu tidak akan menemukan apapun selain kegelapan dan rasa takut yang luar biasa hebatnya. Jika kamu mendengar suara pekikan datang dari arah kirimu, berbaliklah dan lari menuju pintu yang daripadanya kamu masuk. Atau kamu akan dimakan oleh iblis yang terus meneriakkan umpatan yang tidak bisa dimengerti dalam kesesatannya atau dalam kebatilannya gemetar dengan mulut yang buruk bisa .
Jika kamu mendengar suara pekikan datang dari arah kananmu, mulailah berlari menuju pintu yang berada di depanmu. Tinggalkan dan abaikan pekerja itu, teruslah berlari sampai kamu tiba di pintu itu. Jika kau mendengar teriakan lain dari sekitarmu, tutuplah matamu dan berdoalah supaya kamu mati dengan cepat.
Jika kamu tidak mendengar jeritan, ikuti saja pekerja itu sampai ia membuka pintu di ujung lorong. Ia akan memintamu untuk masuk, dan ia akan pergi dengan sendirinya.
Di ruangan itu, kamu hanya akan melihat dua benda : seorang gadis bertelanjang bulat yang tangan kirinya hancur, seperti tercabik-cabik oleh makhluk dari dunia lain, dan sebuah gantungan kunci berkarat yang ia genggam. Kamu harus melihat kearah gantungan kunci itu dan jangan memalingkan matamu dari gantungan itu. Kamu tidak boleh berkata apapun, selain menanyakan pertanyaan : “Mengapa mereka saling memiliki?”
Sekarang arahkan pandanganmu berhadapan dengan gadis itu. Ia akan memandangmu dan menceritakan kepadamu cerita yang paling mengerikan saat ini, bagaimana hal itu akan tiba, bagaimana keadaannya sekarang dan bagaimana hal itu akan terjadi. Gadis itu perlahan akan mendekat kepadamu, jangan bergerak, dan tetap ditempat sampai ia berada sejauh satu kaki darimu. Ia akan menempatkan sepotong daging busuk yang tadinya adalah tangan kirinya di bahumu. Kemudian ia akan berbisik di telingamu, “Waktunya sudah tiba, dan sekarang kamu harus mati.” Jangan menanggapi kalimatnya. Tetaplah memandangi matanya dan pada akhirnya kamu akan merasakan sesuatu diletakkan di tanganmu.
Gantungan kunci itu adalah objek ke 17 dari 538. Hanya kunci khusus yang dapat di gantungkan disana, dan semua kunci lain akan ditolak.

Jumat, 03 Juli 2015

Alone


Aku sangat kesepian ...
Tinggal di rumah yang cukup besar dalam kondisi yang sepi memang sangat membosankan. Sebenarnya aku mempunyai kekasih yang tinggal tidak begitu jauh dari rumahku. Namun, kabar terakhir darinya bahwa ia sedang berlibur ke sebuah pulau bersama tiga temannya.Yang membuatku cemas adalah sudah lima bulan tak ada kabar darinya. Tapi , semoga ia baik-baik saja disana.
Orang tuaku punya kesibukan masing-masing. Ibuku adalah seorang dosen di sebuah Universitas terbuka di luar kota dan mengharuskannya harus tinggal sementara di luar kota. Sedangkan ayahku bekerja di sebuah Pabrik alat elektronik sebagai teknisi mesin yang mengharuskannya untuk tinggal di mess kantornya.
Aku juga memiliki seorang adik yang bernama Rio. Ia telah lulus kuliah dan mempunyai rumah sendiri yang letaknya cukup jauh dari rumahku . Biasanya dia selalu main kerumahku untuk bermain game bersama kedua temannya yang suka Hang out. Namun, minggu kemarin ia bersama kedua temannya itu berkunjung ke rumah paman temannya di desa dan sampai saat ini belum ada kabar darinya.
Pekerjaanku hanyalah pegawai kantoran biasa yang pulang hingga larut malam dan berangkat kembali ke kantor pada pagi harinya. Ah, aktivitas yang membosankan ini harus kukerjakan hingga saat ini dan berulang-ulang. Aku pun selalu merasa kesepian karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa akan pergaulan. Sebetulnya aku memiliki teman ngobrol yang cukup asyik yang tak lain dan tak bukan adalah tetanggaku sendiri yang bernama Jane.
Jane sama sepertiku , pekerja kantoran yang biasa pulang larut malam . Kami biasa bertemu dan mengobrol ketika pulang dari kantor masing-masing dan mampir di kafe terdekat. Ia sangat suka menceritakan padaku tentang sosok kekasihnya yang merupakan bos dikantornya.
" Tau tidak Lin , pertama kali aku berjumpa dengan Nino ? " ucapnya
" Oh pacarmu itu ! , ayo ceritakan padaku ! " aku penasaran
" Pada awalnya aku tak sengaja menumpahkan kopi pada kemejanya ! " ujarnya
" Hahaha , dasar kau ceroboh , lalu bagaimana ia bisa suka padamu ? " aku tertawa
" dengan tatapan mata ! tatapannya sangat tajam sekali , menggairahkan ! " ia serius
" Hmmm... Bisa saja kau ini Jane , sudahlah aku ngantuk ingin pulang ! " ujarku
" Padahal ceritaku belum selesai , ya sudah aku bayar kopi ini dulu ! " ujarnya
Kami pun berjalan menuju rumah kami masing-masing sambil cekikikan . Jane heboh sendiri , ia juga banyak bertanya hubunganku dengan Kevin ,,,
" Oh ya , bagaimana kabar Kevin pacarmu itu ? " tanyanya
" Oh dia sedang berlibur ke sebuah pulau bersama teman-temannya " jawabku
" Hmmm,,, nampaknya kau kesepian ? " ucapnya
" Tidak kok , kan ada dirimu yang selalu menemaniku " godaku
" Hahaha kau ini ada-ada saja ! " ia tertawa
Tibalah kami dihalaman rumahku , kami pun saling melambaikan tangan dan masuk kerumah masing-masing. Namun aneh , setelah pertemuan malam itu dengan Jane , ia seperti di telan bumi . Kondisi rumahnya sangat sepi bahkan aku tak lagi melihat Jane pada malam saat pulang dari kantor . Ini sungguh aneh,,,
Malam-malam berikutnya aku mulai mengalami insomnia . Aku bahkan tak bisa memejamkan mataku untuk waktu yang sebentar . tiba-tiba ,,,
" Ting tong Ting tong " terdengar suara bel
" Siapa sih malam-malam begini , mengganggu saja !!! " ujarku kesal
Ketika aku menghampiri pintu dan melihat keluar jendela , tak tampak sesosok apapun . Yang kulihat hanya sebuah tulisan di lantai rumahku bertuliskan " KAU TAK SENDIRIAN " . Sontak saja aku terkejut dan sangat takut , saat itu juga aku merasa ada sesosok pucat yang memandangiku dari luar lalu ia menyeringai .
Aku yang panik langsung berlari menuju kamar dan menutupi selruh tubuhku dengan selimut . Namun , tiba-tiba seperti ada yang menimpaku dari atas , rasanya sesak sekali . Ketika aku membuka selimut , tak tampak apapun disana melainkan hanya tulisan berwana merah yang tertulis di cermin kamarku bertuliskan " KITA SAMA-SAMA KESEPIAN ".
Keesokan paginya aku mengambil cuti dari kantor karena merasa tak enak badan . Akupun bergegas untuk mencuci baju di mesin cuci , namun sesuatu membuatku ingin muntah dan teriak sejadi-jadinya ketika melihat di mesin cuciku terdapat sebuah kepala yang kukenali , itu adalah kepala Jane.
Aku berlari keluar rumah dan menelpon polisi akan hal ini . Namun ketika para polisi memeriksa rumahku , mereka tak menemukan apa-apa dan mengatakan bahwa aku hanya berhalusinasi akibat imsonia yang aku derita.
Keesokan malamnya aku dikagetkan dengan ketukan pintu rumahku dan ketika kubuka hanya tampak foto-foto yang dibelakang masing-masing foto itu terdapat tulisan. Foto pertama adalah foto sebuah kapal karam , yang kuyakini adalah kapal yang ditumpangi Kevin. Lalu dibelakang foto itu terdapat tulisan " Kau tahu kapal ini , akulah yang mensabotasenya ! "
Lalu kulihat foto yang kedua terdapat sebuah foto mayat yang membusuk dalam kondisi menggenaskan , namun yang kutahu cincin yang dipakai mayat itu sama dengan cincin adikku , lalu dibelakang foto itu terdapat tuilisan " Mayat ini !!! ia orang yang kau sayangi ! " . Tak terasa air mataku menetes melihat apa yang tertulis .
Kemudian foto ketiga , terdapat sebuah mayat tanpa kepala yang kuyakini adalah Jane . Kulihat tulisan dibelakang foto itu dan tertulis " Ini foto temanmu yang cerewet ".
Lalu aku membuka foto berikutnya , hanya berisi foto-fotoku ketika berada dirumah dan dibelakang foto itu bertuliskan " Lihatlah ke kolong tempat tidurmu !!! ".
Dengan ragu kulaksankan perintah tulisan itu dan apa yang kulihat adalah hal yang tak akan kulupakan ,,,
" Hai Linda , sudah kubilang kan kau tak sendirian !!! " ujar makhluk bermuka pucat
" Oh ternyata kau , bagaimana kabarmu ! " tanyaku
aku lalu mengenalinya , ia adalah teman gaibku pada masa kecil dan obsesinya adalah menjadi manusia,,,
" Aku baik-baik saja , namun aku masih butuh satu tumbal lagi untuk bisa menjadi manusia seutuhnya " ujarnya
" Tapi bagaimana ? hanya itu saja stok ku ! " ucapku
" Hai Linda bolehkah aku memegang tanganmu ? " ia meminta
" Hahaha boleh saja , tapi untuk apa ? " aku tertawa
" Karena kau adalah tumbal terakhirku !!! " ia menyeringai
Ia lalu menarik ku ke suatu tempat dan semua menjadi gelap .

The Kill --Think~

Terkadang, rasa penasaran merupakan sebuah pertaruhan dari apa yang kita bayangkan, seperti sebuah terkaan yang berlarut-larut, jauh tenggelam, saat kita terus menerus mencari—mencari teka-teki, dari seseorang yang bukan refleksi dari kita sendiri,
Ini terjadi lagi, seperti sebelumnya, hanya saja sekarang korbanya adalah Wanita muda.
Wajahnya sangat eksotis, cantik dengan kulit kecokelatan, namun di bagian lesung pipinya, tampak tambun membengkak berwarna ungu. Dia tewas dengan leher terjerat sebuah benang tembus pandang.
Tuduhan kembali mengarah pada “The Kill—think” sebuah nama yang beberapa minggu ini sedang menterorr kota ini, seperti wabah mengerikan, semua orang membicarakanya, mulai dari gelandangan sampai ke Rumah-rumah, megah bahkan media local tak henti-hentinya menyerukan nama itu. benar-benar seperti wabah.
Semua Orang menjulukinya The Kill-think, dengan garis penghubung panjang, alasan kenapa dia mendapatkan julukan itu untuk kasusnya adalah karena setelah dia membunuh korbanya, entah bagaimana dia melakukanya, kau akan menemukan sebuah pesan “Terimakasih” entah itu di layar Komputer, kertas-kertas berserakan, atau mungkin jendela –jendela berkaca, dia selalu meninggalkan pesan. Selalu, dan itu membuat kami tidak mengerti!! Tidak ada tujuan, alasan, ataupun Motif, kenapa dia melakukan ini.
Seperti permainan teka—teki, dia menjelaskan detail bagaimana dia melakukanya dengan aksi –aksi gilanya. Selama ini kami di buat berputar-putar dengan kasusnya, mengingat dia membunuh dengan cara acak, entah anak-anak, wanita muda , tua, atau pria gila sekalipun.
Seperti Wanita malang ini, aku mendekati tubuhnya yang di gantung secara Sepiral, dia mengikat lehernya dengan tali di dua sisi, sementara kedua tanganya di ikat ke belakang, kakinya terangkat tinggi jauh dari lantai kamarnya.
Seperti sebelumnya, pembunuh itu menulis bagaimana dia melakukanya.
Dia memulainya dengan membius korban, kemudian melakukan aksi kejinya dengan mengikat kedua tanganya dan melilitkan tali-tali tipis hingga terlihat sepiral, ada alasan klasik dari setiap detail apa yang dia tulis, satu kalimat yang membuatku janggal dalam bentuk pertanyaan adalah “Bila kau bertanya kenapa aku membunuh wanita ini, kau salah!!” tulisnya. “Aku hanya melakukan satu percobaan kecil, benarkah bila kita menghentikan aliran darah pada otak akan menimbulkan pembengkakkan pada tengkorak. Terima kasih”
Aku meringis, terkesan seperti ingin tersenyum mengejek. Se idiot apapun manusia, tidak akan bertanya hal konyol semacam ini, terutama dalam kasus pembunuhan berantai. Aku masih berandai-andai siapa manusia yang ada di balik semua ini. Kenapa dia begitu –unik. Aneh. Atau lebih jauh, menggelikan.
Kau akan setuju dengan pendapatku. Kepolisian mulai datang, dan menetralisir keadaan, sementara Ambulance sudah siap membawa wanita malang itu ke meja otopsi. Ada satu hal yang menarik, mengingat aku adalah orang yang sangat tertarik dengan semua kasus-kasus ini. Seperti sebelumnya, tidak ada motif yang kami dapat, wanita itu mati dalam keadaan di bunuh, tidak ada tanda kekerasan sebelumnya, tidak ada tanda pemerkosaan, ataupun tidak satupun barang di Rumah ini yang hilang. Jadi, --apa alasan sebenarnya The Kill-think memilih korbanya.
Aku menatap datar, cermin yang ada di depanku, menatap refleksi diriku sendiri yang tersenyum sinis mengenggam pesan dari The Kill-think. Mungkin sebenarnya aku sudah mencapai klimaks tentang siapa The Kill-think yang sebenarnya, namun, ku pikir, permainan tidak akan lagi menarik bila aku membongkar jati dirinya, teka—teki tidak akan menyenangkan bila aku membuka semua tentang siapa The Kill –think yang sebenarnya,
Menatap diriku sendiri membuatku teringat dengan satu kalimat bijak, “Terkadang, kau harus melihat lebih jauh tentang siapa yang paling tidak mungkin kau curigai—mereka yang tak bermotif adalah mereka yang sedang menikmati pesta”
Aku menutup pintu yang berderit pelan, kemudian ku gumamkan kalimat penutupku. “Terima kasih--”