Terkadang, rasa penasaran merupakan sebuah pertaruhan dari apa yang
kita bayangkan, seperti sebuah terkaan yang berlarut-larut, jauh
tenggelam, saat kita terus menerus mencari—mencari teka-teki, dari
seseorang yang bukan refleksi dari kita sendiri,
Ini terjadi lagi, seperti sebelumnya, hanya saja sekarang korbanya adalah Wanita muda.
Wajahnya sangat eksotis, cantik dengan kulit kecokelatan, namun di
bagian lesung pipinya, tampak tambun membengkak berwarna ungu. Dia tewas
dengan leher terjerat sebuah benang tembus pandang.
Tuduhan kembali
mengarah pada “The Kill—think” sebuah nama yang beberapa minggu ini
sedang menterorr kota ini, seperti wabah mengerikan, semua orang
membicarakanya, mulai dari gelandangan sampai ke Rumah-rumah, megah
bahkan media local tak henti-hentinya menyerukan nama itu. benar-benar
seperti wabah.
Semua Orang menjulukinya The Kill-think, dengan
garis penghubung panjang, alasan kenapa dia mendapatkan julukan itu
untuk kasusnya adalah karena setelah dia membunuh korbanya, entah
bagaimana dia melakukanya, kau akan menemukan sebuah pesan
“Terimakasih” entah itu di layar Komputer, kertas-kertas berserakan,
atau mungkin jendela –jendela berkaca, dia selalu meninggalkan pesan.
Selalu, dan itu membuat kami tidak mengerti!! Tidak ada tujuan, alasan,
ataupun Motif, kenapa dia melakukan ini.
Seperti permainan
teka—teki, dia menjelaskan detail bagaimana dia melakukanya dengan aksi
–aksi gilanya. Selama ini kami di buat berputar-putar dengan kasusnya,
mengingat dia membunuh dengan cara acak, entah anak-anak, wanita muda ,
tua, atau pria gila sekalipun.
Seperti Wanita malang ini, aku
mendekati tubuhnya yang di gantung secara Sepiral, dia mengikat lehernya
dengan tali di dua sisi, sementara kedua tanganya di ikat ke belakang,
kakinya terangkat tinggi jauh dari lantai kamarnya.
Seperti sebelumnya, pembunuh itu menulis bagaimana dia melakukanya.
Dia memulainya dengan membius korban, kemudian melakukan aksi kejinya
dengan mengikat kedua tanganya dan melilitkan tali-tali tipis hingga
terlihat sepiral, ada alasan klasik dari setiap detail apa yang dia
tulis, satu kalimat yang membuatku janggal dalam bentuk pertanyaan
adalah “Bila kau bertanya kenapa aku membunuh wanita ini, kau salah!!”
tulisnya. “Aku hanya melakukan satu percobaan kecil, benarkah bila kita
menghentikan aliran darah pada otak akan menimbulkan pembengkakkan pada
tengkorak. Terima kasih”
Aku meringis, terkesan seperti ingin
tersenyum mengejek. Se idiot apapun manusia, tidak akan bertanya hal
konyol semacam ini, terutama dalam kasus pembunuhan berantai. Aku masih
berandai-andai siapa manusia yang ada di balik semua ini. Kenapa dia
begitu –unik. Aneh. Atau lebih jauh, menggelikan.
Kau akan setuju
dengan pendapatku. Kepolisian mulai datang, dan menetralisir keadaan,
sementara Ambulance sudah siap membawa wanita malang itu ke meja otopsi.
Ada satu hal yang menarik, mengingat aku adalah orang yang sangat
tertarik dengan semua kasus-kasus ini. Seperti sebelumnya, tidak ada
motif yang kami dapat, wanita itu mati dalam keadaan di bunuh, tidak ada
tanda kekerasan sebelumnya, tidak ada tanda pemerkosaan, ataupun tidak
satupun barang di Rumah ini yang hilang. Jadi, --apa alasan sebenarnya
The Kill-think memilih korbanya.
Aku menatap datar, cermin yang
ada di depanku, menatap refleksi diriku sendiri yang tersenyum sinis
mengenggam pesan dari The Kill-think. Mungkin sebenarnya aku sudah
mencapai klimaks tentang siapa The Kill-think yang sebenarnya, namun, ku
pikir, permainan tidak akan lagi menarik bila aku membongkar jati
dirinya, teka—teki tidak akan menyenangkan bila aku membuka semua
tentang siapa The Kill –think yang sebenarnya,
Menatap diriku
sendiri membuatku teringat dengan satu kalimat bijak, “Terkadang, kau
harus melihat lebih jauh tentang siapa yang paling tidak mungkin kau
curigai—mereka yang tak bermotif adalah mereka yang sedang menikmati
pesta”
Aku menutup pintu yang berderit pelan, kemudian ku gumamkan kalimat penutupku. “Terima kasih--”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar