Jumat, 03 Juli 2015

The Kill --Think~

Terkadang, rasa penasaran merupakan sebuah pertaruhan dari apa yang kita bayangkan, seperti sebuah terkaan yang berlarut-larut, jauh tenggelam, saat kita terus menerus mencari—mencari teka-teki, dari seseorang yang bukan refleksi dari kita sendiri,
Ini terjadi lagi, seperti sebelumnya, hanya saja sekarang korbanya adalah Wanita muda.
Wajahnya sangat eksotis, cantik dengan kulit kecokelatan, namun di bagian lesung pipinya, tampak tambun membengkak berwarna ungu. Dia tewas dengan leher terjerat sebuah benang tembus pandang.
Tuduhan kembali mengarah pada “The Kill—think” sebuah nama yang beberapa minggu ini sedang menterorr kota ini, seperti wabah mengerikan, semua orang membicarakanya, mulai dari gelandangan sampai ke Rumah-rumah, megah bahkan media local tak henti-hentinya menyerukan nama itu. benar-benar seperti wabah.
Semua Orang menjulukinya The Kill-think, dengan garis penghubung panjang, alasan kenapa dia mendapatkan julukan itu untuk kasusnya adalah karena setelah dia membunuh korbanya, entah bagaimana dia melakukanya, kau akan menemukan sebuah pesan “Terimakasih” entah itu di layar Komputer, kertas-kertas berserakan, atau mungkin jendela –jendela berkaca, dia selalu meninggalkan pesan. Selalu, dan itu membuat kami tidak mengerti!! Tidak ada tujuan, alasan, ataupun Motif, kenapa dia melakukan ini.
Seperti permainan teka—teki, dia menjelaskan detail bagaimana dia melakukanya dengan aksi –aksi gilanya. Selama ini kami di buat berputar-putar dengan kasusnya, mengingat dia membunuh dengan cara acak, entah anak-anak, wanita muda , tua, atau pria gila sekalipun.
Seperti Wanita malang ini, aku mendekati tubuhnya yang di gantung secara Sepiral, dia mengikat lehernya dengan tali di dua sisi, sementara kedua tanganya di ikat ke belakang, kakinya terangkat tinggi jauh dari lantai kamarnya.
Seperti sebelumnya, pembunuh itu menulis bagaimana dia melakukanya.
Dia memulainya dengan membius korban, kemudian melakukan aksi kejinya dengan mengikat kedua tanganya dan melilitkan tali-tali tipis hingga terlihat sepiral, ada alasan klasik dari setiap detail apa yang dia tulis, satu kalimat yang membuatku janggal dalam bentuk pertanyaan adalah “Bila kau bertanya kenapa aku membunuh wanita ini, kau salah!!” tulisnya. “Aku hanya melakukan satu percobaan kecil, benarkah bila kita menghentikan aliran darah pada otak akan menimbulkan pembengkakkan pada tengkorak. Terima kasih”
Aku meringis, terkesan seperti ingin tersenyum mengejek. Se idiot apapun manusia, tidak akan bertanya hal konyol semacam ini, terutama dalam kasus pembunuhan berantai. Aku masih berandai-andai siapa manusia yang ada di balik semua ini. Kenapa dia begitu –unik. Aneh. Atau lebih jauh, menggelikan.
Kau akan setuju dengan pendapatku. Kepolisian mulai datang, dan menetralisir keadaan, sementara Ambulance sudah siap membawa wanita malang itu ke meja otopsi. Ada satu hal yang menarik, mengingat aku adalah orang yang sangat tertarik dengan semua kasus-kasus ini. Seperti sebelumnya, tidak ada motif yang kami dapat, wanita itu mati dalam keadaan di bunuh, tidak ada tanda kekerasan sebelumnya, tidak ada tanda pemerkosaan, ataupun tidak satupun barang di Rumah ini yang hilang. Jadi, --apa alasan sebenarnya The Kill-think memilih korbanya.
Aku menatap datar, cermin yang ada di depanku, menatap refleksi diriku sendiri yang tersenyum sinis mengenggam pesan dari The Kill-think. Mungkin sebenarnya aku sudah mencapai klimaks tentang siapa The Kill-think yang sebenarnya, namun, ku pikir, permainan tidak akan lagi menarik bila aku membongkar jati dirinya, teka—teki tidak akan menyenangkan bila aku membuka semua tentang siapa The Kill –think yang sebenarnya,
Menatap diriku sendiri membuatku teringat dengan satu kalimat bijak, “Terkadang, kau harus melihat lebih jauh tentang siapa yang paling tidak mungkin kau curigai—mereka yang tak bermotif adalah mereka yang sedang menikmati pesta”
Aku menutup pintu yang berderit pelan, kemudian ku gumamkan kalimat penutupku. “Terima kasih--”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar