Sabtu, 03 Oktober 2015

Lukisan Yang Aneh






Cerita ini tentang lukisan aneh yang terdapat di sebuah sekolah. Jika kamu jeli, cerita ini bisa menjadi sangat menyeramkan. Mari kita lihat apakah kamu bisa menemukan keanehannya.

Suatu hari saya ditugaskan untuk membersihkan ruang kesenian di sekolah. Saya ingin pulang ke rumah secepatnya, jadi saya melakukan itu dengan cepat ketika saya menyadari sebuah lukisan yang tergantung di dindingnya. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita yang sangat cantik tapi sedikit menakutkan, dan ada sebuah pandangan mencurigakan tersirat dari matanya. Rasanya seperti tengah ditatap oleh mata-mata yang besar. Saya merasa sedikit takut jadi saya secepatnya menyelesaikan tugasku dan pulang ke rumah.

Hari berikutnya sekolah mengalami kegaduhan. Lukisan di ruang kesenian itu dicuri. Karena saya orang terakhir yang melihatnya, guru kesenian kemudian memanggilku untuk bertanya beberapa pertanyaan.

“Jadi kau bilang lukisan itu masih di sana ketika kau membersihkan.”

“Benar. Apa lukisan itu mahal?”

“Lukisan itu berjudul ‘Sleeping Beauty’ dan itu diberikan oleh temanku yang seorang seniman. Dia melukiskannya dengan melihat anak perempuannya yang tengah tertidur. Lukisan itu tidak mahal. Tapi baik pelukis dan anak perempuannya kini telah meninggal.”

“Oh, saya mengerti …”

Lukisan itu kemudian tidak pernah ditemukan. Anehnya mereka tidak menemukan satu pun jejak pencuri atau seseorang yang menyusup masuk ke dalam sekolah.

Minggu, 05 Juli 2015

Ashatikane-


Aku adalah seorang Turis yang kebetulan berkunjung ke Jepang saat musim panas, aku pikir, Jepang adalah Negara yang indah dengan beragam kebudayaan Lokal yang menarik, namun sepertinya aku harus merubah presepsi itu setidaknya setelah aku mengenal sebuah permainan Lokal, permainan yang tak kan pernah ku lupakan sepanjang hidupku.
Mereka menyebutnya dengan Ashatikane—atau entahlah, logat mereka sangat sulit di tiru, namun, dari beberapa sumber kenalanku yang mengetahui ceritaku, itu adalah permainan kuno, nama asli permainan itu adalah “Perjalanan kematian” ada garis harafiah yang tidak bisa di jelaskan kenalanku tentang makna sebenarnya permainan ini.
Dia menjelaskan lebih jauh, sebenarnya ini bukanlah jenis permainan melainkan sebuah tradisi untuk bertemu dengan seseorang yang sudah meninggal, aku tidak akan menjelaskan ini lebih jauh namun inti dari tradisi ini adalah untuk bertemu siapapun yang ingin kau temui namun dia yang ingin kau tamui adalah orang yang sudah mati. Karena dalam ajaran Sinto, orang yang mati, tidak akan langsung ke alam lain, melainkan dia akan mengikuti siapapun yang dia sukai semenjak di dunia. Aku tidak ingin membicarakan ini lebih jauh jadi aku langsung saja bagaimana aku mengalami semua ini.
Suatu Sore, aku berkunjung di sebuah kuil di utara Tokyo, dan aku bertemu dengan segerombolan para gadis remaja, mereka sedang tampak membicarakan sesuatu dengan nada bercanda. Aku juga adalah remaja, dan ku pikir, ikut bergabung bersama mereka adalah cara yang tepat untuk saling mengenal budaya jepang lebih jauh.
Seperti kebanyakan orang jepang, mereka akan memandangmu sinis, agak canggung awalnya, namun perlahan—lahan mereka mulai mencoba akrab. Kami banyak menghabiskan waktu untuk berbicara dan mereka tampak menyenangkan, termasuk mengajakku untuk makan di sebuah kedai, kau bisa menemui kedai di sepanjang jalan atau bawah jembatan dengan mudah. Mereka menjelaskan kedai-kedai ini adalah budaya yang sudah ada sejak jaman dulu,
Waktu semakin larut, dan ku pikir, aku harus kembali ke Hotelku, jadi aku segera berpamitan, namun seorang gadis menghentikanku, dia mengatakan “bukankah anda ingin mengenal budaya jepang?”
“ya—“ aku menjawab antusias.
“kalau bagitu, kamu harus tahu. Tidak sopan meninggalkan para gadis di kedai, dan cara berpamitan yang benar bukan seperti yang kamu lakukan.”
Untuk beberapa saat, aku menangkap sirat pandangan para gadis , entah kenapa pandangan mata mereka seperti ingin mengerjaiku, namun aku adalah orang asing, dan bila mereka mengatakan aku tidak sopan maka sepertinya itu memang tidak sopan. Jadi aku bertanya pada mereka apa yang harus ku lakukan.
Mereka menjelaskan cara berpamitan yang benar adalah dengan melakukan permainan “Ashatikane—“ aku mengangkat alis, dan mereka seolah tahu maksudku dengan langsung mengatakan, “ini hanya sebentar kok, palingan Cuma 5 menit.”
Ku pikir 5 menit bukanlah waktu yang panjang jadi aku setuju dengan cara bermain mereka.
Mereka membawaku pada sebuah jalanan yang sepi, yang mengarah pada perempatan—(sisi dimana pertemuan dari 4 persimpangan), salah satu gadis mengambil sebuah dasi dari tasnya dan berniat mengikatnya di mataku, namun dia menjelaskan lebih dulu tentang apa yang harus aku lakukan, gadis lain memberikanku sepasang sumpit di tanganku.
“kami biasa memainkan permainan ini untuk melihat setulus apakah perkenalan kita” ucap gadis berambut panjang yang cukup manis, “jadi—bila kamu menang dalam permainan ini, mungkin kita memang di takdirkan untuk menjadi sahabat atau lebih jauh, kita berjodoh”
Aku tidak bisa menyembunyikan wajahku yang memerah.
“kau hanya perlu berjalan lurus dengan mata tertutup menuju tepat di tengah jalan itu, saat berjalan kau harus membuat sumpit ini berdenting dengan menepukkanya satu sama lain—setelah itu, tetap focus dan berjalan lurus, bila kau berhasil maka kita akan tahu jawabanya.”
Setelah mendengarnya, aku berpikir, itu adalah hal yang mudah, jadi aku segera melakukanya setelah mereka menutup mataku, untuk sejenak, aku mendengar mereka mengatakan sesuatu, aku memang tidak terlalu menguasai bahasa jepang, namun aku cukup mengerti bahasa sehari-hari mereka, dan apa yang mereka katakan, itu seperti sebuah Mantra.
Pandanganku sepenuhnya gelap, aku sudah tidak mendengar suara-suara mereka, sangat hening—lebih dari keheningan, tanganku gemetar, aku mencoba melepaskan penutup mataku, namun tiba-tiba suara pemecah yang membuatku tersentak terdengar, seperti wanita yang menjerit sangat keras—aku sampai ketakutan.
Aku mulai berjalan, angin berhembus sangat kencang—suasana dingin terasa sampai menusuk tulangku, dan perlahan suara-suara itu muncul. Aku bisa mendengar suara tawa cekikikkan seolah aku adalah bahan lelucon, namun bukan suara para gadis, melainkan suara melengking yang tak bisa ku jelaskan, perlahan suara-suara itu menjadi tangisan dan jeritan, sangat memekikkan dan menyakitkan, kakiku gemetar dan aku mulai kehilangan keberanian. Apapun yang terjadi padaku, aku seperti berjalan di tengah –tengah keramaian.
Aku berjalan tertatih—tatih, namun suara yang bercampur aduk seperti membuat otakku tak karuan, penderitaan dan kesenangan terdengar memekikkan, sampai aku merasakan sesuatu mencengkram lenganku, menghempaskanku, dan berusaha mencekikku sangat kuat. Sesuatu yang lunak membasahi pipiku, seperti jilatan lidah, aku mencoba melawan, namun apapun itu berteriak sangat keras.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, hingga aku berfikir untuk melepas penutup mataku, bila aku tewas disini setidaknya aku tahu, siapa yang mencoba membunuhku.
Ku tarik penutup mataku dengan tangan kiriku, dia mencoba mencegahnya namun aku berhasil membukanya, ketika aku membuka mataku, aku tidak melihat siapapun di depanku, bahkan tidak ada apapun disini, hanya aku—dan para gadis , mereka lenyap.
Aku segera berlari dan menyelamatkan diri, aku tidak lagi menceritakan ini pada siapapun, akibat trauma yang membayangiku, bahkan terkadang aku masih mendengar suara-suara itu. Hingga aku akhirnya berani menulis ini dan menceritakanya pada kenalanku.
Kenalanku mengatakan aku adalah orang yang beruntung bisa selamat dari tempat itu, karena bila kau berhasil melihatnya—dia tidak akan melepaskanmu. Para gadis itu melakukan itu, hanya untuk bermain-main, namun kemungkinan para gadis itu adalah salah satu hamba dari mereka.
Aku hanya ingin mengingatkan kalian, dan ini dari kenalanku—bila kalian pergi ke jepang, dan berkunjung ke kuil yang ada dimanapun, jangan pernah mendekati gadis yang sedang bergerombol. Karena Umumnya, para gadis jepang tidak suka bergerombol terutama di Kuil-kuil.

The Holder of Present


Di setiap kota, di setiap negara, pergilah ke institusi mental manapun atau ke sebuah rumah singgah manapun. Ketika kamu tiba di meja resepsionis, tanyakan apakah kamu bisa menemui seseorang yang menyebut dirinya "The Holder of Present". Pekerja itu akan menatapmu heran, kamu harus menanyakannya lagi. Setelah pekerja itu paham akan pertanyaanmu, ia akan membimbingmu melewati pintu menuju sebuah lorong yang seakan akan adalah perpanjangan dari neraka itu sendiri.
Di lorong ini, kamu tidak akan menemukan apapun selain kegelapan dan rasa takut yang luar biasa hebatnya. Jika kamu mendengar suara pekikan datang dari arah kirimu, berbaliklah dan lari menuju pintu yang daripadanya kamu masuk. Atau kamu akan dimakan oleh iblis yang terus meneriakkan umpatan yang tidak bisa dimengerti dalam kesesatannya atau dalam kebatilannya gemetar dengan mulut yang buruk bisa .
Jika kamu mendengar suara pekikan datang dari arah kananmu, mulailah berlari menuju pintu yang berada di depanmu. Tinggalkan dan abaikan pekerja itu, teruslah berlari sampai kamu tiba di pintu itu. Jika kau mendengar teriakan lain dari sekitarmu, tutuplah matamu dan berdoalah supaya kamu mati dengan cepat.
Jika kamu tidak mendengar jeritan, ikuti saja pekerja itu sampai ia membuka pintu di ujung lorong. Ia akan memintamu untuk masuk, dan ia akan pergi dengan sendirinya.
Di ruangan itu, kamu hanya akan melihat dua benda : seorang gadis bertelanjang bulat yang tangan kirinya hancur, seperti tercabik-cabik oleh makhluk dari dunia lain, dan sebuah gantungan kunci berkarat yang ia genggam. Kamu harus melihat kearah gantungan kunci itu dan jangan memalingkan matamu dari gantungan itu. Kamu tidak boleh berkata apapun, selain menanyakan pertanyaan : “Mengapa mereka saling memiliki?”
Sekarang arahkan pandanganmu berhadapan dengan gadis itu. Ia akan memandangmu dan menceritakan kepadamu cerita yang paling mengerikan saat ini, bagaimana hal itu akan tiba, bagaimana keadaannya sekarang dan bagaimana hal itu akan terjadi. Gadis itu perlahan akan mendekat kepadamu, jangan bergerak, dan tetap ditempat sampai ia berada sejauh satu kaki darimu. Ia akan menempatkan sepotong daging busuk yang tadinya adalah tangan kirinya di bahumu. Kemudian ia akan berbisik di telingamu, “Waktunya sudah tiba, dan sekarang kamu harus mati.” Jangan menanggapi kalimatnya. Tetaplah memandangi matanya dan pada akhirnya kamu akan merasakan sesuatu diletakkan di tanganmu.
Gantungan kunci itu adalah objek ke 17 dari 538. Hanya kunci khusus yang dapat di gantungkan disana, dan semua kunci lain akan ditolak.

Jumat, 03 Juli 2015

Alone


Aku sangat kesepian ...
Tinggal di rumah yang cukup besar dalam kondisi yang sepi memang sangat membosankan. Sebenarnya aku mempunyai kekasih yang tinggal tidak begitu jauh dari rumahku. Namun, kabar terakhir darinya bahwa ia sedang berlibur ke sebuah pulau bersama tiga temannya.Yang membuatku cemas adalah sudah lima bulan tak ada kabar darinya. Tapi , semoga ia baik-baik saja disana.
Orang tuaku punya kesibukan masing-masing. Ibuku adalah seorang dosen di sebuah Universitas terbuka di luar kota dan mengharuskannya harus tinggal sementara di luar kota. Sedangkan ayahku bekerja di sebuah Pabrik alat elektronik sebagai teknisi mesin yang mengharuskannya untuk tinggal di mess kantornya.
Aku juga memiliki seorang adik yang bernama Rio. Ia telah lulus kuliah dan mempunyai rumah sendiri yang letaknya cukup jauh dari rumahku . Biasanya dia selalu main kerumahku untuk bermain game bersama kedua temannya yang suka Hang out. Namun, minggu kemarin ia bersama kedua temannya itu berkunjung ke rumah paman temannya di desa dan sampai saat ini belum ada kabar darinya.
Pekerjaanku hanyalah pegawai kantoran biasa yang pulang hingga larut malam dan berangkat kembali ke kantor pada pagi harinya. Ah, aktivitas yang membosankan ini harus kukerjakan hingga saat ini dan berulang-ulang. Aku pun selalu merasa kesepian karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa akan pergaulan. Sebetulnya aku memiliki teman ngobrol yang cukup asyik yang tak lain dan tak bukan adalah tetanggaku sendiri yang bernama Jane.
Jane sama sepertiku , pekerja kantoran yang biasa pulang larut malam . Kami biasa bertemu dan mengobrol ketika pulang dari kantor masing-masing dan mampir di kafe terdekat. Ia sangat suka menceritakan padaku tentang sosok kekasihnya yang merupakan bos dikantornya.
" Tau tidak Lin , pertama kali aku berjumpa dengan Nino ? " ucapnya
" Oh pacarmu itu ! , ayo ceritakan padaku ! " aku penasaran
" Pada awalnya aku tak sengaja menumpahkan kopi pada kemejanya ! " ujarnya
" Hahaha , dasar kau ceroboh , lalu bagaimana ia bisa suka padamu ? " aku tertawa
" dengan tatapan mata ! tatapannya sangat tajam sekali , menggairahkan ! " ia serius
" Hmmm... Bisa saja kau ini Jane , sudahlah aku ngantuk ingin pulang ! " ujarku
" Padahal ceritaku belum selesai , ya sudah aku bayar kopi ini dulu ! " ujarnya
Kami pun berjalan menuju rumah kami masing-masing sambil cekikikan . Jane heboh sendiri , ia juga banyak bertanya hubunganku dengan Kevin ,,,
" Oh ya , bagaimana kabar Kevin pacarmu itu ? " tanyanya
" Oh dia sedang berlibur ke sebuah pulau bersama teman-temannya " jawabku
" Hmmm,,, nampaknya kau kesepian ? " ucapnya
" Tidak kok , kan ada dirimu yang selalu menemaniku " godaku
" Hahaha kau ini ada-ada saja ! " ia tertawa
Tibalah kami dihalaman rumahku , kami pun saling melambaikan tangan dan masuk kerumah masing-masing. Namun aneh , setelah pertemuan malam itu dengan Jane , ia seperti di telan bumi . Kondisi rumahnya sangat sepi bahkan aku tak lagi melihat Jane pada malam saat pulang dari kantor . Ini sungguh aneh,,,
Malam-malam berikutnya aku mulai mengalami insomnia . Aku bahkan tak bisa memejamkan mataku untuk waktu yang sebentar . tiba-tiba ,,,
" Ting tong Ting tong " terdengar suara bel
" Siapa sih malam-malam begini , mengganggu saja !!! " ujarku kesal
Ketika aku menghampiri pintu dan melihat keluar jendela , tak tampak sesosok apapun . Yang kulihat hanya sebuah tulisan di lantai rumahku bertuliskan " KAU TAK SENDIRIAN " . Sontak saja aku terkejut dan sangat takut , saat itu juga aku merasa ada sesosok pucat yang memandangiku dari luar lalu ia menyeringai .
Aku yang panik langsung berlari menuju kamar dan menutupi selruh tubuhku dengan selimut . Namun , tiba-tiba seperti ada yang menimpaku dari atas , rasanya sesak sekali . Ketika aku membuka selimut , tak tampak apapun disana melainkan hanya tulisan berwana merah yang tertulis di cermin kamarku bertuliskan " KITA SAMA-SAMA KESEPIAN ".
Keesokan paginya aku mengambil cuti dari kantor karena merasa tak enak badan . Akupun bergegas untuk mencuci baju di mesin cuci , namun sesuatu membuatku ingin muntah dan teriak sejadi-jadinya ketika melihat di mesin cuciku terdapat sebuah kepala yang kukenali , itu adalah kepala Jane.
Aku berlari keluar rumah dan menelpon polisi akan hal ini . Namun ketika para polisi memeriksa rumahku , mereka tak menemukan apa-apa dan mengatakan bahwa aku hanya berhalusinasi akibat imsonia yang aku derita.
Keesokan malamnya aku dikagetkan dengan ketukan pintu rumahku dan ketika kubuka hanya tampak foto-foto yang dibelakang masing-masing foto itu terdapat tulisan. Foto pertama adalah foto sebuah kapal karam , yang kuyakini adalah kapal yang ditumpangi Kevin. Lalu dibelakang foto itu terdapat tulisan " Kau tahu kapal ini , akulah yang mensabotasenya ! "
Lalu kulihat foto yang kedua terdapat sebuah foto mayat yang membusuk dalam kondisi menggenaskan , namun yang kutahu cincin yang dipakai mayat itu sama dengan cincin adikku , lalu dibelakang foto itu terdapat tuilisan " Mayat ini !!! ia orang yang kau sayangi ! " . Tak terasa air mataku menetes melihat apa yang tertulis .
Kemudian foto ketiga , terdapat sebuah mayat tanpa kepala yang kuyakini adalah Jane . Kulihat tulisan dibelakang foto itu dan tertulis " Ini foto temanmu yang cerewet ".
Lalu aku membuka foto berikutnya , hanya berisi foto-fotoku ketika berada dirumah dan dibelakang foto itu bertuliskan " Lihatlah ke kolong tempat tidurmu !!! ".
Dengan ragu kulaksankan perintah tulisan itu dan apa yang kulihat adalah hal yang tak akan kulupakan ,,,
" Hai Linda , sudah kubilang kan kau tak sendirian !!! " ujar makhluk bermuka pucat
" Oh ternyata kau , bagaimana kabarmu ! " tanyaku
aku lalu mengenalinya , ia adalah teman gaibku pada masa kecil dan obsesinya adalah menjadi manusia,,,
" Aku baik-baik saja , namun aku masih butuh satu tumbal lagi untuk bisa menjadi manusia seutuhnya " ujarnya
" Tapi bagaimana ? hanya itu saja stok ku ! " ucapku
" Hai Linda bolehkah aku memegang tanganmu ? " ia meminta
" Hahaha boleh saja , tapi untuk apa ? " aku tertawa
" Karena kau adalah tumbal terakhirku !!! " ia menyeringai
Ia lalu menarik ku ke suatu tempat dan semua menjadi gelap .

The Kill --Think~

Terkadang, rasa penasaran merupakan sebuah pertaruhan dari apa yang kita bayangkan, seperti sebuah terkaan yang berlarut-larut, jauh tenggelam, saat kita terus menerus mencari—mencari teka-teki, dari seseorang yang bukan refleksi dari kita sendiri,
Ini terjadi lagi, seperti sebelumnya, hanya saja sekarang korbanya adalah Wanita muda.
Wajahnya sangat eksotis, cantik dengan kulit kecokelatan, namun di bagian lesung pipinya, tampak tambun membengkak berwarna ungu. Dia tewas dengan leher terjerat sebuah benang tembus pandang.
Tuduhan kembali mengarah pada “The Kill—think” sebuah nama yang beberapa minggu ini sedang menterorr kota ini, seperti wabah mengerikan, semua orang membicarakanya, mulai dari gelandangan sampai ke Rumah-rumah, megah bahkan media local tak henti-hentinya menyerukan nama itu. benar-benar seperti wabah.
Semua Orang menjulukinya The Kill-think, dengan garis penghubung panjang, alasan kenapa dia mendapatkan julukan itu untuk kasusnya adalah karena setelah dia membunuh korbanya, entah bagaimana dia melakukanya, kau akan menemukan sebuah pesan “Terimakasih” entah itu di layar Komputer, kertas-kertas berserakan, atau mungkin jendela –jendela berkaca, dia selalu meninggalkan pesan. Selalu, dan itu membuat kami tidak mengerti!! Tidak ada tujuan, alasan, ataupun Motif, kenapa dia melakukan ini.
Seperti permainan teka—teki, dia menjelaskan detail bagaimana dia melakukanya dengan aksi –aksi gilanya. Selama ini kami di buat berputar-putar dengan kasusnya, mengingat dia membunuh dengan cara acak, entah anak-anak, wanita muda , tua, atau pria gila sekalipun.
Seperti Wanita malang ini, aku mendekati tubuhnya yang di gantung secara Sepiral, dia mengikat lehernya dengan tali di dua sisi, sementara kedua tanganya di ikat ke belakang, kakinya terangkat tinggi jauh dari lantai kamarnya.
Seperti sebelumnya, pembunuh itu menulis bagaimana dia melakukanya.
Dia memulainya dengan membius korban, kemudian melakukan aksi kejinya dengan mengikat kedua tanganya dan melilitkan tali-tali tipis hingga terlihat sepiral, ada alasan klasik dari setiap detail apa yang dia tulis, satu kalimat yang membuatku janggal dalam bentuk pertanyaan adalah “Bila kau bertanya kenapa aku membunuh wanita ini, kau salah!!” tulisnya. “Aku hanya melakukan satu percobaan kecil, benarkah bila kita menghentikan aliran darah pada otak akan menimbulkan pembengkakkan pada tengkorak. Terima kasih”
Aku meringis, terkesan seperti ingin tersenyum mengejek. Se idiot apapun manusia, tidak akan bertanya hal konyol semacam ini, terutama dalam kasus pembunuhan berantai. Aku masih berandai-andai siapa manusia yang ada di balik semua ini. Kenapa dia begitu –unik. Aneh. Atau lebih jauh, menggelikan.
Kau akan setuju dengan pendapatku. Kepolisian mulai datang, dan menetralisir keadaan, sementara Ambulance sudah siap membawa wanita malang itu ke meja otopsi. Ada satu hal yang menarik, mengingat aku adalah orang yang sangat tertarik dengan semua kasus-kasus ini. Seperti sebelumnya, tidak ada motif yang kami dapat, wanita itu mati dalam keadaan di bunuh, tidak ada tanda kekerasan sebelumnya, tidak ada tanda pemerkosaan, ataupun tidak satupun barang di Rumah ini yang hilang. Jadi, --apa alasan sebenarnya The Kill-think memilih korbanya.
Aku menatap datar, cermin yang ada di depanku, menatap refleksi diriku sendiri yang tersenyum sinis mengenggam pesan dari The Kill-think. Mungkin sebenarnya aku sudah mencapai klimaks tentang siapa The Kill-think yang sebenarnya, namun, ku pikir, permainan tidak akan lagi menarik bila aku membongkar jati dirinya, teka—teki tidak akan menyenangkan bila aku membuka semua tentang siapa The Kill –think yang sebenarnya,
Menatap diriku sendiri membuatku teringat dengan satu kalimat bijak, “Terkadang, kau harus melihat lebih jauh tentang siapa yang paling tidak mungkin kau curigai—mereka yang tak bermotif adalah mereka yang sedang menikmati pesta”
Aku menutup pintu yang berderit pelan, kemudian ku gumamkan kalimat penutupku. “Terima kasih--”

Senin, 29 Juni 2015

I Felt Alive


Umur pernikahan kami sudah sebelas tahun saat kemudian, aku merasakan segalanya menjadi membosankan, hubungan yang dingin, dan gairah yang padam. Segalanya kemudian dimulai dengan pelan. Seorang gadis cantik yang lewat, pelayan perempuan yang ramah di sebuah restoran, atau teman kerja yang genit. Kemudian pikiranku mulai berkelana ke mana-mana. Imajinasi begitu hidup, mendampingi dan menggoda. Tak perlu waktu lama untuk mencari-cari kesempatan, kemungkinan ….
Akhirnya, hal itu terjadi juga. Segalnya seperti yang kuimpikan. Aku tak pernah merasa begitu hidup selama bertahun-tahun sebelumnya. Saat bersentuhan, aku merasa seperti ada aliran listrik yang mengaliri tubuhku. Aku tak pernah berharap segalanya itu berakhir. Namun, pada suatu hari semua keindahan itu usai. Semua hancur dalam sekejap.
Sekarang, setiap malam sebelum tidur, aku melihat gadis impianku itu. Lengannya yang sempurna, matanya yang sebiru lautan, bibirnya yang ranum dan merekah, kaki jenjangnya yang halus dan putih pucat. Istriku memastikanku untuk melihat tiap jengkal potongan tubuhnya sebelum aku tidur, untuk mengingatkanku betapa mahal harga yang yang harus kubayar untuk merasa hidup.

Senin, 22 Juni 2015

Anak Misterius di Sekolah TK



Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai seorang guru TK. Saya tinggal di salah satu desa di Sukabumi, Jawa Barat. Saya sudah lama mengajari anak-anak setiap harinya untuk belajar, walaupun memang mengajari anak-anak TK tidaklah mudah.

Kejadian ini saya alami sewaktu saya mendapatkan panggilan dari kepala sekolah TK tempat saya mengajar karena disuruh menggantikan guru TPA pada hari itu. Kebetulan saya tidak ada kegiatan lain saat itu, dikarenakan juga jadwal mengajar TK di petang hari sampai malam hari. Saya menerima perintah dari kepala sekolah dengan senang hati.

Keesokan sorenya jam 5 sore saya datang ke TK saya untuk mengajari anak-anak mengaji. Saya baru mengetahui kalau di sore hari, lingkungan tempat saya mengajar suasananya sepi dan jarang ada orang yang lewat depan TK.

Anak-anak pun kala itu sedikit yang datang hanya ada 8 orang yang datang. Saya mengajari sampai jam 8 malam dan saat itu kebetulan saya baru ingat ada tugas anak yang belum saya koreksi dan akan saya bagikan besok pagi.

Saya tidak langsung pulang dan mengkoreksi tugas di TK itu sampai jam 9 malam. Pada saat saya sedang asiknya mengkoreksi tugas-tugas anak didik saya, sayup-sayup dari luar terdengar seperti ada anak yang sedang bermain di taman.

Saya pertama menghiraukannya karena saya pikir itu anak warga sekitar yang mau bermain ayunan, prosotan dan sebagainya. Lalu suara itu semakin lama semakin terdengar jelas dan saya penasaran untuk melihatnya. Saat saya keluar, ternyata di luar tidak ada siapa-siapa yang bermain di taman. Namun ayunan disana sedikit bergoyang dan bulu kuduk mulai berdiri.

Saya buru-buru memutuskan untuk pulang dan membereskan kertas-kertas tugas di dalam. Sewaktu membereskan suara itu datang lagi dan saya langsung keluar untuk mengambil motor dan pulang.

Saat berada di parkiran dan sudah berputar balik, alangkah kagetnya saya melihat sesosok anak kecil di kaca spion yang sedang berdiri di kejauhan menatap saya. Saya langsung tancap gas dan berdoa selama perjalanan supaya anak tersebut tidak ikut dengan saya.

Sabtu, 20 Juni 2015

Death's best friend

Kematian bukanlah tengkorak berjubah hitam yang membawa sabit. Kematian bahkan bukan hanya satu. Setiap kota memiliki kematian mereka masing masing. Seseorang diantara kita yang kadang menghilang dan kemudian muncul lagi dan bersikap seolah olah tak terjadi apa apa. Dan kematian di kota kami adalah seseorang bernama Daniel.
Seingatku aku sudah lama berteman dengan Daniel. Kami selalu berusaha menantang dunia. Dia memberitahu aku tentang hal hal yang bersangkutan dengan kematian saat kami tiga belas tahun. Awalnya aku kira dia itu gila, tapi dia mengajaku pergi dengannya sekali, untuk menunjukan padaku bagaimana dia mencabut nyawa orang orang.
Dia memasuki dunia arwah lalu memakai sepasang sayap hitam yang besar. Dia mendatangi siapapun yang baru saja mati kemudian menarik roh mereka keluar. Lalu di bawanya ke akhirat.
Aku tak pernah merasa takut pada Daniel. Dia tak pernah bertingkah yang menakutkanku. Hingga malam ini. Karena malam ini, dia datang untuk mencabut nyawaku.

The crying baby

Aku terbangung oleh tangisan bayiku, dan instingku sebagai ibu memerintahkanku pergi memeriksanya. Aku berjalan ke kamar bayiku dan kulihat suamiku sedang menimang nimang bayiku sambil bernyanyi pelan. Aku menanyainya apakah dia sudah bisa menenangkan bayinya, dan tanpa berbalik dia hanya berkata,
"Sssttt".
Aku pergi meninggalkan kamar sambil berkata, "Baiklah" lalu berjalan ke lantai bawah untuk mengambil minum... dan saat itulah aku melihatnya... Suamiku berdiri di dapur.
Aku berlari ke atas dan mendapati ranjang bayiku yang kosong, dan jendelanya terbuka dengan selimut bayiku tersangkut di panelnya, berkibar kibar tertiup angin.

Kamis, 18 Juni 2015

Delphine LaLaurie


Delphine LaLaurie adalah seorang tokoh terkemuka sadis yang tinggal di New Orleans. Rumahnya adalah tempat penuh teror.
Pada 10 April 1834, api berkobar dari dapur di kediamannya, dan para pemadam kebakaran menemukan dua orang budak yang terantai ke tungku dinding. Budak itu memang sengaja telah memicu kobaran api, untuk menarik perhatian.
Para pemadam mengikuti budak lainnya ke atas loteng, di mana terdapat kejutan yang sebenarnya. Lebih dari selusin budak yang disiksa dan di mutilasi terantai di dinding dan lantai. Beberapa ada yang menjadi bahan percobaan medis yang mengerikan. Seorang pria di jadikan untuk percobaan menjijikan yang alat kelaminya digantikan kemaluan wanita, seorang perempuan terkurung di dalam sebuah kandang sempit, tungkai tungkainya di patahkan membuatnya terlihat seperti kepiting, wanita lainnya lagi telah dipotong kedua tangan dan kakinya lalu kulitnya diukir supaya terlihat menyerupai ulat belang. Beberapa ada yang mulutnya di jahit, akibatnya mereka mati kelaparan, sementara sisa budak lainya ditemukan dengan tangan mereka di potong lalu di jahitkan ke bagian tubuh mereka yang berlainan. Kebanyakan ditemukan sudah mati, beberapa masih hidup ada yang memohon untuk di bunuh saja, sehingga terbebas dari penderitaan.
LaLaurie kabur sebelum dia diadili, dia tak pernah tertangkap.

Senin, 15 Juni 2015

Something was Wrong


Suatu pagi seorang pria mendapati dirinya berjalan menyusuri jalanan sepi di sebuah kota kecil. Dia tak tahu sedang apa dia di sana atau bagaimana dia bisa sampai ke sana, atau di mana dia berada sebelumnya. Dia bahkan tak tahu saat itu jam berapa.

Dia melihat seorang wanita berjalan ke arahnya lalu dia menyetop wanita itu.

"Saya lupa membawa jam tangan," ucapnya sambil tersenyum sopan. "Bisakah anda memberitahu saya jam berapa sekarang?"

Saat wanita itu melihatnya, dia menjerit lalu berlari menjauh. Pria itu sangat terkejut. Beberapa menit kemudian, dia menyadari bahwa orang orang lainnya juga takut padanya. Setiap mereka melihat dia datang, mereka merapatkan punggung ke dinding, melompat ngeri, atau berlari ke seberang jalan untuk menjauh darinya.

"Pasti ada yang salah denganku," renung pria itu.
"Sebaiknya aku pulang saja."

Dia melambai ke sebuah taxi, tapi saat si sopir melihatnya, dia langsung tancap gas dan melaju pergi.

"Ini benar benar gila!" katanya pada diri sendiri.

Dia tak mengerti apa yang salah dan tak tahu apa yang sedang terjadi. Yang dia tahu adalah dia takut dan kebingungan.

"Mungkin istriku bisa datang untuk menjemputku," pikirnya.

Dia menemukan box telepon lalu menelepon rumahnya, berharap mendengar suara manis sang istri.
Tapi malah suara orang asing yang menjawab.

"Apa Nyonya Sullivan ada?" Tanyanya.
"Maaf Nyonya Sullivan sedang tidak di rumah," kata suara itu.
"Suaminya meninggal beberapa hari yang lalu dalam kecelakaan mobil parah dan Nyonya sedang menghadiri pemakamannya."

Kagome Kagome

 
Sekelompok ilmuwan gila nazi sering melakukan eksperimen – eksperimen. Tak ada salahnya memang untuk melakukan eksperimen. Yang membuat aneh adalah mereka melakukan eksperimen – eksperimen gila. Sangat gila.
Penelitian mereka sangat salah dan berdosa. Mereka meneliti hal yang sangat tidak mungkin. Mereka sering megambil dan meneliti artefak – artefak kuno. Di dalam ruang bawah tanah milik mereka, penuh dengan alat – alat penelitian yang sangat aneh. Dan pada akhir perang dunia 2 Nazi meneliti hal yang sangat mustahil.
Yaitu, sebuah kekuatan Tuhan. Mereka percaya bahwa kekuatan Tuhan yang mencangkup keabadian dan tak terkalahkan.
Percobaan awalnya diusulkan oleh anggota eksekutif Nazi pada tahun 1940 dan izin diberikan untuk melakukan percobaan pada tahun 1942, dengan satu syarat :
Percobaan harus dilakukan di luar Jerman. Rakyat tidak harus melihat percobaan ini dalam cara apapun.
Sebagian besar percobaan dilakukan di bunker atau ruang bawah tanah. Namun para ilmuwan tersebut melakukannya di Jepang. Para ilmuwan telah memenuhi syarat dan mampu mengatur persiapan dengan sekutu mereka, Jepang. Pada akhir tahun 1942, penelitian telah dimulai.
Tim peneliti telah mengambil alih sebuah panti asuhan Jepang. Panti asuhan itu di sebuah bukit, konon di suatu tempat di Shimane, sebuah daerah terdekat Hiroshima. Mereka melakukan penilitian ini. Mereka percaya akan keabadian juga bisa menjadi milik manusia. Keabadian bisa jadi milik manusia dengan cara menghilangkan “tombol”. Mereka percaya bahwa Tuhan mematikan manusia dengan memencet tombol tersebut. Namun, tombol ini belumlah ditemukan tempatnya.
Untuk memulai percobaan, anak – anak yatim piatu ini melalui imunisasi dan perawatan yang intesif. Percobaan ini dilakukan dengan cara “Mengangkat” otak mereka dan menelitinya.
Selanjutnya mereka membedah semua staf dan guru di panti asuhan tersebut. Para guru dan staf di letakan di ruangan khusus bersama seorang ahli bedah satu per satu. Sang ahli bedah membuka tengkorak mereka dan mengangkat otak mereka untuk diteliti lalu dikembalikan.
Mereka memulai perbedaan hasil antara orang dewasa dan anak – anak. Dapat disimpulkan bahwa tombol tersebut adalah bagian kecil dari otak manusia.
Mereka mengambil anak terpandai di panti asuhan yang masih hidup dan segera membuka kepalanya. Mereka berhasil untuk mengambil tombolnya. Namun, setelah menutup kepala anak itu, sang anak tadi telah tak bernyawa.
Pada bulan Mei 1943 mereka telah mengambil salah satu dari gadis – gadis muda di panti asuhan dan mengambil tombolnya dengan teknik dan alat yang berbeda, satu-satunya efek dari percobaan ini adalah dia kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Keesokan paginya, gadis itu tidak bangun, dan dia menjadi koma.
Pada saat yang bersamaan para ilmuwan dari moskow mengajak Nazi untuk melakukan eksperimen Venom Project. Venom Project ini adalah percobaan Rusia untuk membuat tentara super. Tentara super ini dibuat dengan cara menghidupkan orang mati dengan aliran listrik yang tinggi ( hal ini sama dengan apa yang Dr. Frankenstein ). Dan tentu saja, Nazi setuju.
 Permulaan di proyek ini adalah mereka mengambil satu lengan milik seorang gadis muda. Lengan ini diambil untuk diganti dengan tangan yang lebih kuat.
Misterius, para ilmuwan rusia tersebut tak pernah datang dan mereka tak mengirimkan lengan pengganti. Alhasil, sang perempuan tersebut ditinggalkan dengan keadaan tanpa lengan.
Satu anak dari panti asuhan, tidak menyetujui kehadiran para ilmuwan. Dalam aksinya, dia mencuri dokumen dan merobeknya, memecahkan gelas dan menghancurkan tempat operasi. Para ilmuwan senior membenci dia. Mereka memerintahkan tentara Nazi untuk mengurusnya.
Dia secara brutal dipenggal dengan bayonet tumpul, dia tidak dikubur, hanya dibuang di hutan di belakang panti asuhan. Para prajurit mengatakan kepada pengasuh bahwa ia telah menemukan keluarga baru.
Para ilmuwan Nazi selalu gagal dalam percobaan mereka.
Berikut adalah catatan dari mereka:
-          Membedah melalui dahi. Dilakukan pada anak laki-laki berusia 10 tahun, tengkorak anak itu cacat dan anak hampir lumpuh. Namun, ia tidak menunjukan hasil positif, meskipun ia mengalami keterbelakangan mental akibat percobaan.
-          Membedah melalui rahang bawah. Dilakukan pada gadis berusia 6 tahun, lidah dan sebagian besar daging pada rahang bawah telah diambil dan tidak bisa diganti. Sinus subjek juga orak-arik.
-          Membedah melalui sisi kepala, subjek dalam keadaan setengah tuli. Awalnya subjek hidup dalam keadaan sepenuhnya tuli. Namun dia koma dan akhirnya tewas.
Meskipun kegagalan ini, percobaan ini terus dilanjutkan.
Para ilmuwan melanjutkannya terhadap orang dewasa. Hasilnya adalah mereka kehilangan kehilangan hormon reproduksi dan, mengejutkan, mereka semua selamat.
Selama percobaan, seorang ilmuwan ditugaskan untuk mengawasi anak-anak yang selamat dari percobaan. Bagian ini akan aneh. Inilah yang dia bilang
"Mereka tampak normal pada awalnya, sama seperti anak-anak lain, bermain, bersorak - sorak, belajar secara normal, tetapi ketika sendirian, mereka tampaknya ... gila. Mereka berjalan – jalan tak menentu, dengan senyum di wajah mereka yang kosong, mata mereka melihat langsung pada Anda. Jika didekati dari belakang, mereka segera membalikan badan dan menatap anda, Anda hampir bisa melihat ekspresi yang sangat dendam di wajah mereka dan hal itu membuat Anda ingin bersembunyi. Tapi kemudian Anda menyadari mereka hanya berusaha bersenyum kembali.
Hal lain adalah bahwa mereka selalu mengikuti kami, tetapi hanya ketika kita sendiri. Setelah menyelesaikan ketikan saya, saya menuju ke kamar saya, saya sering ketakutan oleh salah satu anak berambut merah berdiri di lorong gelap, menatapku. Ketika saya pergi ke kamar saya, dia mengikuti saya, dan saya menutup pintu, dan kemudian aku tidur dengan aman. Mereka seperti hantu di malam hari. Dan lucunya, aku terus melihat satu anak dengan rambut kemerahan. Saya terus bertanya siapa anak itu kepada sang pengasuh. keesokan paginya, tapi pengasuh mengatakan mereka tidak punya anak dengan rambut kemerahan ( anak yang memberontak dan dibunuh memiliki rambut kemerah – merahan).
Mereka juga tampaknya sering bermain permainan . Saya tidak punya banyak pengetahuan tentang Jepang, tetapi tampaknya permainan ini bernama Kagome Kagome. Sekelompok anak-anak mengelilingi satu anak, yang duduk di tengah, sendirian, mereka bergandengan tangan dan mulai bergerak dengan cara melingkar di sekitar anak, membuat wajah kosong yang menakutkan dan menyanyikan nyanyian menakutkan.
Setelah berbicara dengan mereka, saya perhatikan mereka tampak lebih pelupa dan agak kosong, seolah – olah percobaan menghapus kenangan mereka juga. Mereka menatap Anda dengan mata lebar, dan mengajukan pertanyaan yang aneh. Salah satu dari mereka bertanya, "Saat nenekmu meninggal, apakah dia benar-benar meninggalkan anda sebuah emas?” Ini mungkin tampak gila, tapi jawaban jujur ​​saya adalah ... "Ya."
Pada akhir tahun 1945, Hiroshima dibom, dan percobaan dihentikan. Para ilmuwan mulai mengemasi peralatan mereka, sebagian besar dari mereka sudah kembali ke rumah karena gangguan mental. Hanya 4 ilmuwan yang selamat.
Mereka akan dijemput dengan truk milik Nazi. Saat jemputan mereka datang, kepala pengurus mengatakan, dalam bahasa Jerman, "Maukah kau memainkan satu permainan terakhir dengan kami?"
Tiga ilmuwan setuju, dan anak – anak beserta pengasuh membuat lingkaran memutari mereka "Sekarang, jika Anda takut, Anda mati ..."

Satu ilmuwan dengan ngeri berlari ke truk dan naik, dan dialah satu satunya ilmuwan yang kembali dalam keadaan sehat.

Senin, 08 Juni 2015

Catatan

Ini semua dimulai semenjak aku menemukan catatan kecil itu. Di sepotong kertas persegi yang ku temukan di dasar kotak yang aku keluarkan dari basementku,
bacaanya, "HALO, TOLONG JAWAB". Aku tak tahu sejak kapan itu berada disana, kotak kotak
tersebut sudah ada di basement sejak aku pindah kesitu. Aku tak menggubrisnya sampai keesokan
pagi, saat aku membuka pembuat kopiku untuk membuang ampas kopinya, di dalamnya terdapat
sepotong kertas basah yang bertuliskan, "TOLONG JAWAB, TOLONGLAH!" Aku menduga kertas itu pasti dimasukan ke pembuat kopiku oleh entah siapa yang sedang mengerjaiku dengan lelucon tololnya, karena kertas itu tak ada saat aku pertama kali menuang bubuk kopi kedalamnya.

Aku menemukan lebih banyak catatan, di bawah tatakan mouse, di tower komputerku saat aku
hendak memasang RAM baru, disela sela lembaran tisu toilet, di bawah penampang dvd player.
Di tempat tempat yang tak seorangpun akan menemukanya, tempat yang tak pernah terfikirkan olehmu saat akan meninggalkan catatan, yang tak seorangpun akan mencari, dan
konyol sekali untuk meninggalkan catatan disana karena entah kapan orang akan menemukan dan membacanya?
Tapi kejadian itu terus berlangsung, dan catatan
catatan itu selalu bertuliskan hal yang sama, memohon aku untuk menjawab dan menolong mereka.

Suatu hari karena ketololanku, aku terpancing juga saat kutemukan selembar catatan lagi di dalam cangkir di bak cuci ( saat aku membacanya, kertasnya sudah kering) , kutuliskan kata kata di bagian belakang kertas itu,
"HALO, AKU MENJAWABMU. TOLONG JELASKAN KEADAANMU!" ,lalu kuselipkan di celah retakan bak mandiku.
Tak lama setelah aku meninggalkan kamar mandi aku mendapati selembar catatatan lagi, terapung di atas gelombang di permukaan soda di gelasku
yang aku taruh di ruang santai.
Hati hati aku mengambilnya dari atas minumanku, Tulisanya, "TERIMAKASIH." dan dengan huruf yang lebih besar,
"AKU TERPERANGKAP".
Ku kibaskan kertas itu sedikit supaya agak kering, lagi, dibelakangnya kutuliskan, "dimana kau terperangkap?, dan bagaimana kamu bisa mengirimiku catatan ini?", dan karena aku tidak terlalu kreatif untuk meletakan catatan itu, jadi aku lempar saja ke belakang sofa.
Aku menunggu dan mengawasi, tapi tak satu catatanpun muncul lagi di sepanjang sisa hari itu.

Hari berikutnya aku sedang mengecek kotak suratku, kemudian didalam surat tak bernama aku menemukan sebuah catatan lagi,
"DI DIMENSI KE DUA, DI BAWAHMU."
, tanpa menghabiskan waktu aku tuliskan,
"siapapun kau, leluconmu ini sungguh tolol. sudah hentikan saja.", kubuang kertas itu keluar jendela dan terbang tertiup angin.
Catatan selanjutnya yang kuterima masih dengan tulisan huruf yang jelek, apalagi isinya semakin panjang, kalimat terakhir sepertinya di jejalkan di sisa ruangan kertas yang tinggal sedikit. Aku rasa isinya adalah tentang suatu penjelasan materi
dari ensiklopedia atau buku pelajaran,
" Dimensi pertama adalah yang menggambarkan titik ruang, dimensi yang kedua adalah (kata kata ini digaris bawahi) segala sesuatu yang nyata, mempunyai tinggi dan lebar, dan yang ketiga
adalah panjangnya. Yang ke empat adalah waktu, yang selanjutnya yang kelima adalah masa depan dan masa lalu: yaitu waktu yang sudah terjadi dan sudah terbukti di ruang waktu."
Sebagian teks dibawahnya tak bisa di baca karena hurufnya terjejal terlalu kecil. Aku memutar bola mataku dan membalas lagi,
"Bagaimana kau bisa membaca pesanku jika kau berada di dimensi kedua?, dan bagaimana pula kau bisa ada?" , kuselipkan kertasnya di celah metal pemanggag rotiku.
Catatan balasanya terjatuh dari rambutku saat aku sedang menyisirnya keesokan pagi, dan
hendak mandi. " TULISAN ADALAH 2D, GAMBARAN ADALAH 2D, LAPISAN DUA BUAH GAMBARAN 2D."
Itu sama sekali tak menjelaskan tentang bagaimana aku bisa "menolong" orang ini, yang aku jelaskan di tulisan balasanku dan lalu kusiram kertas itu ke toilet.

"JADIKAN AKU 3D", adalah balasan
yang aku baca dari catatan yang kutemukan di dalam sebatang coklat yang baru kubuka.
Penjelasan bagaimana mungkin orang idiot ini bisa memasukanya ke dalam barang barang tersegel adalah diluar akal sehatku akan tetapi di titik ini aku memutuskan untuk terus bermain, mungkin saja aku berada di semacam acara TV atau semacamnya.
"Bagaimana caranya?", adalah semua yang kutulis di baliknya. Aku ingat sekali tempat dimana aku menyelipkan kertas itu, karena itu adalah balasan terakhir yang aku tulis untuk waktu yang lama. Aku menyelipkanya di celah cermin panjangku, diantara kacanya dan lapisan kayu di
belakangnya. Segera setelah aku memalingkan pandangan darinya, kertas itu mendadak hilang
dari celah, dan selama satu setengah tahun setelahnya tak kulihat lagi ada catatan yang
muncul.

Suatu pagi saat sedang memakai baju untuk kerja, aku masuk ke kamar, mencocokan dasi dengan kemejaku di depan cermin, cermin yang sama, hanya saja sekarang cermin itu terletak di
bagian kebalikannya di kamarku.
Saat aku menatap cermin, aku melihat sepotong kertas persegi yang tertempel di dinding di
belakangku. Aku berbalik, tapi kertas itu tak ada disana.
Sejenak sebelum aku kembali menghadap ke cermin aku mengira mungkin kertas itu terjatuh tapi di cermin kertas itu masih terlihat disana, menempel di dinding. Aku meraba cermin itu,
mungkin retak atau mataku terkena ilusi optik, tapi tidak.
Kuangkat cermin berat itu dari lantai, dan bersamaan dengan itu secara perlahan aku melangkah mundur, mendekatkan diriku ke
dinding di belakangku di mana kertas itu tertempel. Semakin aku mendekat, semakin jelaslah tulisan
di kertas itu, aku berhenti, tubuhku terhimpit diantara dinding dan cerminku, segera saja aku membaca pesan itu dari pantulan cerminku,
"DENGAN MENJADIKANMU 2D", bunyinya.

Aku sesegera mungkin pindah dari rumah itu. Setelah beberapa lama menumpang di rumah
pacarku , aku memutuskan untuk menyingkirkan cermin itu, pemanggang roti, dan semuanya.
Jantungku masih berdegup kencang jika melihat sepotong kertas persegi sempurna tergeletak sendirian di lantai. Aku masih hidup dalam ketakutan akan jikalau suatu hari saat aku
membuka buku atau di dalam lipatan jaket sebuah kertas persegi menyembul keluar. Aku selalu memeriksa barang barangku sekarang. Terus menerus. Aku juga sudah berhenti minum kopi.

Cahaya di kejauhan


Di suatu malam, seorang pria yang mengidap insomnia mencoba untuk tidur. Beberapa menit
berlalu dan dia masih saja terjaga, sedangkan malam semakin larut. Dia membalikan tubuhnya
ke samping dan melihat keluar jendelanya. Di kejauhan dia melihat cahaya dari dua buah
lampu jalanan. Dia terus menatap lampu itu kemudian akhirnya dia tertidur.

Malam selanjutnya, kelainannya kembali membuatnya terjaga. Teringat akan kejadian
malam sebelumnya, dia kemudian membalikan tubuhnya lagi ke arah jendela untuk melihat dua
cahaya lampu jalanan itu. Setelah melihatnya, sekali lagi dia tertidur dengan nyenyak.

Malam selanjutnya, penyakit insomnia pria itu kembali lagi. Seperti biasa pria itu kemudian
melihat keluar, memandangi lampu jalan yang sama. Dua buah lampu itu berpijar hidup dan
mati setiap beberapa detik. Pria itu berpikir mungkin bohlamnya akan segera putus, lambat
laun matanya terpejam bersamaan dengan lampu lampu itu yang akhirnya mati.

Dia terbangun dengan segar bugar keesokannya. Dia beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke
jendela lalu melihat keluar ke arah lampu jalanan. Berharap seseorang datang untuk
mengganti bohlamnya. Akan tetapi saat dia melihat ke sana, dia
mendapati sesuatu yang aneh; Tak ada satupun lampu jalanan disana.

Dia merapat lebih dekat ke jendela untuk melihat lebih jelas. Tapi tetap saja, dia tak melihat adanya
lampu jalan disana. Kemudian dia melihat kebawah dan mendapati goresan seperti bekas
cakar di panel jendela, seakan akan ada sesuatuyang pernah bertengger di situ.

Malam malam berikutnya, insomnia pria itu jadi
semakin parah.

That Killer is Me


Jika ada hal yang paling aku takuti di dunia ini, adalah ketika Mom membawaku mengunjungi museum Oakstand yang ada di kota. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari tempat ini, kecuali sebuah pisau klasik yang dipajang di sebuah lemari kaca. Konon, pisau belati itu telah memakan lebih dari seratus jiwa tak berdosa yang dibunuh secara keji oleh Sir Nathan Asgrard.

Hari ini Mom membawaku ke sana. Aku bergidik ketika Mom mengucapkan nama museum Okstand. Tapi sebagai anak yang baik aku tidak pernah membantah apa yang diperintahkan Mom. Siang itu aku berada di kamarku, suara Lilly, adikku yang masih berumur 5 tahun memenuhi seluruh rumah.

"Jane, cepat! Dad sudah menunggu kita," seru Mom dari lantai bawah.

Aku segera bergegas, meraih kemeja biru kotak-kotak dari gantungan di lemari dan membiarkan rambut pirangku terurai. Ketika aku turun, Dad membunyikan klakson dan kami segera bergegas.

Lilly sangat ceria di dalam mobil, tai tidak dengan aku. Bayangan pisau belati yang berdiri di lemari kaca membuatku kembali bergidik. Kebanyakan aku melihat keluar, tapi jika kau tanya apa yang sedang kulihat, mungkin jawaban satu-satunya yang bisa kuberikan adalah aku tidak tahu.

Dalam beberapa menit saja kami sudah sampai di tempat tersebut. Museum itu cukup besar, dengan bangunan mirip bangunan-bangunan romawi. Temboknya berwarna abu-abu dengan pilar-pilar kokoh di depannya. Ada tangga lebar yang menuju tempat tersebut.

Museum cukup ramai hari ini, tapi mungkin juga karena memang ini hari libur. Mom mengajakku melihat-lihat lukisan, sedangkan Dad dan Lilly menghilang entah kemana.

"Bagaimana menurutmu lukisan ini, Jane?" tanya Mom.

Aku memperhatikan lukisan sebuah vila di seberang danau yang dilukis menggunakan cat minyak tersebut. "Indah," gumamku. "Dilukis dengan sangat detail dan tanpa cela."

Mom melirik sekilas dan tampaknya puas dengan komentarku. Kemudian dia mengajakku melihat-lihat lukisan yang lainnya. Tepat saat kami berjalan, aku melihatnya, dan seakan benda itu menghipnotisku. Di depanku, di sebuah lemari kaca kecil yang menempel di dinding, berdiri sebuah pisau belati tanpa sarung. Pisau itu memiliki gagang berwarna hitam, dengan mata pisau yang tajam dan bersih. Entah kenapa aku tak bisa berhenti memandanginya, seolah-olah pikiranku bersama pisau tersebut. Ada suara dalam hatiku yang berkata, "Bunuh mereka, bunuh mereka, bunuh mereka..." Dan sebuah keinginan paling keji yang tak pernah terpikirkan olehku sekan tumbuh di dalam benakku: keinginan untuk membunuh. Ruangan itu tiba-tiba terasa sunyi, seperti hanya aku dan pisau tersebut yang ada di dalamnya. Kebisingan memudar menjadi kehampaan tak berujung, dimana kesunyian mencekik jiwa-jiwa yang hilang.

"Jane!"

Suara Mom menyentak kesadaranku, dan kebisingan museum kembali membungkusku. Dengan agak tergopoh-gopoh dan linglung, aku menghampiri Mom.

"Sedang apa kau, Sayang. Mom memanggilmu berulang kali tapi kau tak bergeming," ujar Mom lembut.
Aku mengerang. "Hanya sedang melamun."

Malamnya aku benar-benar dihantui mimpi buruk. Dalam mimpi tersebut, aku menyelinap ke museum Oakstand dan mencuri pisau belati tersebut. Aku membunuh satpam yang sedang bertugas dan menggorok leher mereka dengan benda kecil tersebut. Alhasil, aku terbangun di tengah malam dengan keringat bercucuran.
Paginya, stasiun TV lokal memberitakan bahwa ada pencurian di museum Oakstand dan menewaskan 2 orang satpam yang sedang berjaga malam. Anehnya, satu-satunya benda yang dicuri hanyalah pisau milik Sir Nathan Asgrard. Aku mengernyit ketika mendengar bahwa benda itu satu-satunya benda yang dicuri.

"Bukankah itu benda yang kau lihat kemarin, Sayang?" celetuk Mom.

Aku mengangguk. "Ya."

Aku sama sekali tak bisa fokus di sekolah. Bayangan benda kecil itu menghantuiku sepanjang hari. Kekhawatiran tanpa alasan mendekam di hatiku dan membuat moodku turun.

Malam berikutnya, mimpiku lebih parah. Pisau itu kini ada di tanganku. Mataku tampak kelaparan dengan darah dan penderitaan. Aku melihat wajahku di cermin, dan pisau ada di tangan kananku. Itu memang wajahku, tapi wajah yang terpantul di cermin itu tampak tidak ramah dan jahat. Kemudian, di dalam mimpi itu aku melihat diriku turun ke lantai bawah. TV masih menyala, sedangkan Dad sedang tidur di sofa. Ruangan sepenuhnya gelap. Cahaya satu-satunya berasal dari layar TV yang masih menyala. Dengan kegembiraan yang tidak normal, aku menghujamkan pisau itu ke leher ayahku. Dad sontak terbangun dan menatapku dengan ngeri. lehernya robek dan itu membuat napasnya tersengal-sengal.

"J-Jane! A-apa y-yang kau l-lakukan?" tanyanya, suaranya pilu.

"Tenang, Dad," desahku. Aku memutar pisau itu perlahan, dan darah segar muncrat dari leher Dad. "Kau akan baik-baik saja." Aku berjanji. Aku mencabut pisau itu dari lehernya dan menusuk perutnya berulang kali hingga akhirnya ia tewas.

Dengan darah masih menetes-netes dari mata pisau, aku mendatangi kamar Mom dan Lilly. Mereka berdua sedang tertidur lelap, sepertinya tidak menyadari bahaya yang sedang mengintai mereka. Aku membunuh Mom terlebih dahulu. Aku merobek mulunya dan menikah matanya. Terakhir aku menggorok lehernya. Dan untuk Lilly yang terbangun, aku menusuknya tepat di jantungnya.

Aku bangun keesokan paginya dengan perasaan yang kacau balau. Kamaru tampak berantakan, bau amis menyeruak di udara dengan kaos dan tangan penuh darah kering yang membuatku tersentak kaget. Aku langsung bangun dan mendapati pisau itu ada di sampingku. Dengan pikiran agak linglung aku turun ke bawah dan mendapati Dad masih tertidur pulas. Ada lubang di lehernya dan di sekujur tubuhnya. Ketika aku mengecek kamar Mom, dia dan Lilly adikku juga masih tertidur pulas. Ada sayatan di leher Mom. Mulutnya robek dan mata kirinya nya berlubang. Sedangkan Lilly, dia yang terlihat tidur paling damai. Namun ada bekas tusukan di dadanya.
Melihat itu semua aku kembali ke kamarku dan melanjutkan tidurku. Sebelunya aku mengelap noda darah dari pisau kemudian meletakkannya di laci meja belajarku, kemudian tidur.

Sabtu, 06 Juni 2015

Washington Irving

Washington Irving adalah sebuah nama yang akrab di dunia sastra. Ia seorang penulis abad 19, menjadi sastrawan Amerika pertama yang diakui Eropa. Namanya dikenal baik sebagai pengarang cerita pendek The Legend of Sleepy Hollow dan Rip van Winkle. Walau kemudian ia juga terkenal sebagai penulis serba bisa dalam bidang esai, biografi dan sejarah.

Washington Irving terkenal semasa hidupnya. Namun ada sekelumit kisah setelah kematiannya yang tidak setenar cerita-ceritanya karangannya. Konon ada sejumlah laporan mengenai penampakan roh Washington Irving yang menghantui rumah pribadinya dan sebuah perpustakaan di kawasan New York.

Setelah Irving meninggal dunia pada November 1859, sejumlah saksi mata menyatakan pernah melihat penampakan hantunya. Namun beberapa laporan tentang hantu Irving kemudian diklarifikasi sebagai salah identifikasi.

Ada sebuah laporan dari JG Cogswell, seorang dokter yang sering bekerja di perpustakaan Astro Library (kini New York Public Library) sampai larut malam. Suatu malam ia melihat sesosok lelaki sedang membaca di rak sudut ruang utama perpustakaan. Padahal Cogswell tahu betul, hanya dia sendiri yang berada di perpustakaan.

Penasaran, Cogswell mendekati sosok itu dan bermaksud menegurnya. Saat Cogswell mendekat, sosok itu meletakkan bukunya kembali ke rak dan raib secara mendadak. Cogswell terkejut bukan kepalang, namun kemudian ia menganggap itu hanya bayangan Irving temannya (yang baru meninggal) yang juga pernah menjabat sebagai pengurus perpustakaan tersebut. Irving memang punya kebiasaan membaca buku di tempat itu persis seperti sosok tersebut.

Beberapa waktu kemudian di malam yang lain, Cogswell kembali melihat sosok yang sama. Kali ini ia diam-diam mendekatinya dari belakang, berupaya memastikan siapakah orang itu sebenarnya. Begitu dekat ia memerhatikan wajah dan sosoknya yang tak lama kemudian menghilang lagi.
Walau terkejut, Cogswell memastikan itu bukan hantu Irving, melainkan rekannya yang lain yang juga baru meninggal dunia… benarkah hantu itu memang ada?

Cogswell melaporkan penampakan sosok itu kepada manajemen perpustakaan dalam laporan resmi. Namun manajemen menanggapinya dengan dingin. Mereka malah menyarankan Cogswell untuk cuti dan beristirahat. Mereka menganggap Cogswell terlalu lelah bekerja, sehingga seolah melihat bayangan yang tidak nyata.

Kejutan lain datang dari laporan Pierre Irving, keponakan Washington Irving. Ia melaporkan pada Frank H Norton, otoritas Astor Libarary yang juga rekan Washington Irving bahwa hantu Irving pernah muncul di rumahnya di Sunnyside wilayah Tarrytown.

Menurut Pierre, suatu malam ia dan dua putrinya sedang duduk di ruang utama. Tiba-tiba ia dan anaknya melihat kelebat sosok melintas menuju kamar kerja yang dulu sering dipakai Washington Irving untuk berkarya. Seorang anak perempuan Pierre berseru: “Lihat… itu kakek!” Saat mereka meninjau ke dalam kamar yang terkunci itu, tak seorang pun berada di sana!

Di dalam Gang

Mungkin kau akan bertanya-tanya tentang sebuah gang sempit di kawasan Auriford yang lengang dan gelap. Sebuah gang yang menurut penduduk sekitar terkenal angker. Konon, orang yang memasuki gang tersebut tidak akan pernah kembali lagi.
Malam itu, Grace, Aidan dan Kay pergi ke tempat tersebut. Mereka berdiri di mulut gang, masih sambil berdebat.
"Kau yakin akan melakukannya?" tanya Grace, suaranya parau.
Kay terkekeh. "Ayolah, kenapa kau jadi penakut begini?" Ia menyenggol Aidan dan mereka berdua terkekeh senang.
Grace masih ragu. Biar bagaimanapun, resiko yang diambil terlalu berat. Yang ia tahu belum ada satu cerita pun yang mengatakan bahwa ada orang yang selamat setelah memasuki gang tersebut.
"Ayolah," bujuk Aidan, "pasti akan seru."
Grace masih bergeming ketika kedua sahabatnya itu menariknya memasuki gang. Gang itu sempit, dengan lebar 1,5 meter, dan juga sangat gelap. Satu-satunya cahaya hanya berasal dari mulut gang yang semakin jauh di belakang mereka.
Kay mengeluarkan senter dari saku jaketnya dan memimpin di depan. Sementara Grace, masih dalam keraguan, berjalan di belakang Kay.
"Tempat ini keren sekali," ujar Kay.
Grace menatap tembok yang diterangi kay. Di tembok itu, terdapat banyak ukiran-ukiran aneh yang membuat bulu kuduk Grace meremang. Ukiran-ukiran mengenai sosok-sosok kurus manusia, dengan mata kelaparan dan liur menetes-netes dari mulutnya.
"Sebaiknya kita keluar dari sini," usul Grace, kini ketakutan telah sepenuhnya menguasainya.
"Ayolah, jangan bodoh." Aidan mendorong Grace untuk terus maju.
Gang itu sunyi, kepekatan gelapnya serasa mencekik Grace. Aidan dan Kay masih saja tertawa-tawa ketika terdengar suara aneh. Mereka bertiga terdiam serempak, mendengarkan. Namun tak terdengar apapun setelahnya.
"Ayolah, kita keluar saja," rengek Grace, kali ini dia tidak mau diam. Ketakutan yang sama juga dirasakan Aidan dan Kay ketika mereka mendengar suara aneh itu untuk kedua kalinya. Suara itu seperti raungan tertahan yang seperti membungkus mereka. Semakin lama semakin jelas.
"Baiklah, ayo kita keluar," kata Kay, suaranya bergetar.
Dengan langkah tergesa-gesa mereka berbalik arah dan berjalan secepat yang mereka bisa. Namun sejauh apapun mereka melangkah, rasanya gang tersebut tiada akhir. Ujung gang seperti ditelan oleh kegelapan, mengunci mereka bertiga dalam kehampaan tak berujung.
"Bagaimana ini?" Aidan mulai panik, dan ia setengah berlari. Kay dan Grace menyusul di belakang.
"Sepertinya gang ini tak membiarkan kita pergi," Grace berargumen.
Mereka terus berjalan menyusuri gang, namun sejauh apapun mereka melangkah, tak ditemukan titik ternag mengenai keberadaan mulut gang.
Dan anehnya, semakin jauh mereka berjalan, gang itu terasa semakin sempit. Bahkan mereka harus berbaris untuk bisa melewatinya.
"Apakah kita menuju arah yang benar?" tanya Kay, dengan susah payah menjejalkan tubuhnya maju. Gang itu kini hanya muat untuk dilewati satu orang, dan semakin lama semakin sempit.
Mereka tidak bisa maju lagi karena kedua tembok gang kini menjepit tubuh mereka.
"Aku... tidak... bisa... bernapas," ujar Aidan terbata. Kay dan Grace mengerang setuju.
gang itu semakin sempit dan mulai menghimpit ketiganya. Namun anehnya, gang itu lebih seperti menelan mereka daripada menghancurkan. Grace merasakan ada tangan-tangan kurus yang mencoba menariknya. Tangan-tangan itu berasal dari dalam tembok yang menghimpit mereka.
"A-apa ini!" Ia memekik, dan hal yang sama juga dialami Kay dan Aidan.
Tembok semakin menyempit dan tangan-tangan kurus terus menarik-narik mereka. Grace bisa merasakan bahwa ia ditarik masuk ke dalam tembok. Ia meronta, menjerit, tetapi tangan-tangan kurus itu lebih kuat daripada dugaannya.
Ketika ia menoleh ke samping, ia melihat Kay dan Aidan sepenuhnya telah masuk ke dalam tembok di depannya. Wajah mereka histeris, dengan tangan-tangan kurus yang memegang tubuh mereka.
Grace terus menjerit dan meronta, namun sia-sia. Tangan-tangan kurus tersebut menariknya masuk lebih dalam, hingga akhirnya ia masuk ke dalam tembok sepenuhnya. Tubuhnya kaku, dengan tangan-tangan kurus yang masih memegangnya. Pemandangan satu-satunya yang dapat dilihatnya hanyalah gang yang kembali ke ukuran semula.

Clifford Hoyt



Clifford Hoyt, umur 31, menderita luka luka serius setelah kecelakaan mobil pada tahun 1999. Setelah kesadarannya pulih dia menakuti seorang perawat dengan ceritannya kalau dia telah mati dan mengunjungi neraka. Dia menceritakan secara mengerikan tentang berbagai siksaan dan penderitaan yang di alaminya di sana secara mendetil. Dia menolak menjalani terapi kejiwaan dan dibiarkan pulang.

Beberapa minggu kemudian, para tetangga Hoyt mengeluh pada pengelola apartemen tentang suara musik aneh yang dimainkan dari apartemen Hoyt sepanjang malam.
Setelah diperiksa, pemilik gedung mendapati kondisi Clifford seperti foto diatas.Tuan Hoyt tak bergeming dan malah memprotes saat pemilik gedung akan memanggil polisi. Khawatir akan kerusakan properti yang telah terjadi, pemilik tanah mengambil beberapa jepret foto kondisi apartemennya, yang mana salah satu hasilnya adalah foto diatas. Dia lalu pergi untuk menghubungi keluarga Tuan Hoyt, yang kemudian keluargannya menghubungi pihak yang berwenang.
Clifford mengaku bahwa iblis iblis dari neraka masih berusaha untuk menangkapnya. Dia menjelaskan bahwa tubuhnya akan terbakar habis kecuali dia memainkan musik dengan keras untuk menakut nakuti iblis iblis tersebut sehingga mereka pergi.

Dia hanya akan pergi keluar gedung sebentar saja untuk membeli bahan makanan secukupnya, juga termasuk balok balok es guna mengurangi rasa terbakar di tubuhnya saat dia tidur.

Para dokter mengasumsikan kelakuan Clifford sebagai akibat dari kerusakan otak yang dia derita setelah mengalami kecelakaan. Sampai saat ini Clifford ditempatkan di pusat rehabilitasi kejiwaan di Maryland.

Jumat, 05 Juni 2015

Psychosis


John adalah seorang programmer komputer yang menghabiskan waktu yang lama sendirian di apartemennya saat mengerjakan suatu program komputer. Dia menulis dalam jurnalnya karena, dia sudah kehilangan semua kontak langsung dengan orang lain. dia merasa sedikit paranoid untuk menempatkan informasi di komputernya. Sebagai seorang programer dia beranggapan bahwa semakin sedikit dia berkomunikasi dengan orang lain. maka ia akan semakin aman. Perasaan itu muncul sejak dia lebih sering menghabiskan waktunya di apartemennya. Ia percaya nomor yang salah adalah bukti dari seseorang yang sedang mengumpulkan data darinya.
Dia juga berfikir kurangnya komunikasi dengan pacarnya adalah hal yang sama.

Dia menerima email spam aneh yang mengatakan "liat dengan matamu sendiri dan jangan percaya pada mereka." John percaya ada seseorang di luar sana yang berusaha keras untuk menguasai seluruh dunia dan mengendalikan manusia.  John menolak untuk bertemu pacarnya maupun orang lain. ketika pintu apartemennya akan di pecahkan oleh profesional medis (sekelompok orang yang peduli bahwa john sedang membahayakan dirinya sendiri),  ia masih mengingat dengan kata-kata "liatlah dengan matamu sendiri" dan dia segera menulis sesuatu dengan penanya.

Sebagai pasien di rumah sakit jiwa, dia menulis pesan terakhirnya, dengan keadaan john yang buta pesan yang ia tulis hampir tidak dapat di baca. Namun john tetap bersikeras bahwa ada sesuatu di luar sana dan dia adalah manusia terakhir yang mengambil sikap untuk menentangnya. Sebagian orang bahkan datang untuk menemuinya (mungkin keluarganya) dan mereka mengatakan kalau mereka mencintainya, namun ia tetap teguh. Dokternya membaca catatan yang di buat john dan tahu bahwa john sebenarnya sedang mengalami delusi...

Diantara Pepohonan Part 2


Lebih mudah untuk tak membicarakannya. Polisi mengajukan banyak pertanyaan, tapi kami tak pernah menambahkan apa yang telah terjadi di dalam hutan. Kami semua memutuskan untuk menjauhi tempat itu, kecuali Elizabeth. Dia terus terusan membicarakannya. Dia menjadi terobsesi. Dia memohon pada kami untuk kembali lagi. Dia bilang marnie memanggilnya. Dia berkata bahwa dia bisa merasakan tempat itu memanggilnya. Itu membuatku ngeri karena aku juga merasakannya. Terbangun setiap malam merasa jantungku akan meledak jika aku tak kembali ke tempat itu sekali lagi. Kelihatanya perasaan itu berpengaruh lebih besar pada Elizabeth. Dia telah dekat dengan Marnie saat itu terjadi. Mungkin mereka telah merasakan kehadirannya.

Jadi kami semua tiba di sana, di pinggiran hutan, di tempat yang sama saat Marnie pergi meninggalkan kami. Yang lain mencoba mempertanyakan kehendak Elizabeth, tapi dia tidak perduli. Sembari kulihat Elizabeth menghilang ke dalam hutan, aku membisikan salam perpisahan akhir. Kami menunggu lagi. Aku tak tahu mengapa. Ketika Marnie pergi ke sana masih ada rasa yakin bahwa dia akan kembali tapi kali ini aku pikir kami tak ingin dia kembali. Berapa lama kami menunggu? Selama yang memungkinkan.

Kami hampir tak percaya saat Elizabeth muncul dari dalam hutan. Dia berjalan keluar seperti tak terjadi apapun. Dia penuh luka cakar dan awut awutan, aku bahkan tak tahu apakah itu masih dia. Dia berjalan ke arah kami, lalu berdiri di sana menatap kami satu persatu sambil tersenyum kecil pengharapan di wajahnya. Di tanganya tergenggam sebuah batu berat yang tajam.
"lihat ini." katanya, dan di hantamkanya batu itu ke mata kirinya. Darah mengalir menuruni wajahnya, dia memekik aneh, semacam gabungan mengerikan dari tawa, tangisan dan teriakan. Kami lari. Kami meninggalkan dia disana masih berteriak dan tertawa tawa. Raungan kerasnya adalah hal terakhir yang aku dengar dari Elizabeth. Kerusakan akibat luka di matanya tak bisa diperbaiki dan dia dimasukan ke rumah sakit jiwa. Sampai sekarang dia masih disana.

Tapi sebenarnya tadi itu bukan hal yang paling akhir yang kudengar dari Elizabeth. Aku menjenguknya sekali sekitar sebulan setelah... kejadian itu. Raganya masih sama, akan tetapi jiwanya sudah bukan elizabeth lagi. Dia duduk disana dan hanya menatapku, masih dengan senyum tipisnya yang hampa, matanya yang tinggal satu mengikuti setiap gerakanku. Aku mencoba berbicara padanya. Aku ingin meminta maaf atas apa yang tak ku ketahui. Dia tak merespon, hanya duduk disana dan tersenyum. Aku tidak berada di sana cukup lama, tak ada gunanya juga. Dia menunggu sampai aku beranjak mendekati pintu keluar sebelum dia berbicara. Semacam peringatan atau mungkin itu cara dia menunjukan bahwa aku juga harus bertanggung jawab? Walaupun aku tak terlalu menghiraukannya, aku masih terus mendengar senandung kekanak kanakannya menggema berulang ulang di dalam kepalaku,

"Pepohonan... Pepohonan... Mereka datang dari pepohonan...
Mereka menginginkanmu, tapi mereka mendapatkanku..."

Diantara Pepohonan Part 1


Marnie berjalan masuk ke hutan dan tak pernah kembali. Kami menunggunya. Bisa saja kami segera pergi tepat setelah dia menghilang diantara pepohonan, tapi dia terlihat begitu yakin sehingga membuat kami tetap menunggu. Tak seorangpun mengatakanya tapi setelah dua jam berlalu kami pun tahu bahwa ini benar benar terjadi. Tentu saja kami merasa bersalah pada marnie tetapi jikalau aku bisa mengatakan satu kata terakhir untuknya, maka itu bukanlah "berhenti". Melainkan "terimakasih". Karena dia yang pergi dan bukan aku. Jadi jika aku merasakan suatu perasaan terhadap marnie, maka itu adalah rasa syukur, bukan kasihan. Lagi pula pada akhirnya dia juga yang harus pergi. Dialah yang menemukannya.

Kapel kecil dari batu yang berdiri di tengah tanah lapang, di lingkari oleh barisan pepohonan. Marnie yang pertama melihatnya dan langsung menerjang rerumputan, lalu mengajak kami mengikutinya. Bagaimana bisa kami tak pernah melihat kapel itu sebelumnya? Mungkin kapel itu memang tak ingin untuk ditemukan. Terletak di tempat paling jauh dari yang pernah kami jelajahi, terasa seperti berada tepat di jantung hutan. Udaranya dingin. Lebih dari itu, terasa aura kematian. Tak ada yang bergerak atau bersuara. Aku tahu tempat itu seharusnya tak boleh ditemukan. Tidak oleh mata manusia. Terlalu keramat. Terdapat beberapa baris bangku panjang dan sebuah altar batu Yang menjulang. Itulah.
Dan disana masih ada yang lain. Mereka yang hidup di tempat itu yang lebih nyata daripada apa yang terlihat. Aku ingin pergi tapi marnie berpikir bahwa tempat ini lucu. " ngapain juga mereka membangun kapel di tempat seperti ini?" katanya.

Kami seharusnya tak melakukannya. Tentu saja itu idenya marnie. "ayo lakukan ritual pengorbanan untuk menyenangkan para dewa", dia terkekeh. Elizabeth juga tertawa. Marnie berkhotbah asal asalan di altar dan kami duduk di bangku batu di sekitarnya sambil menundukkan kepala kami. Saat itu sungguh terasa konyol dan mungkin semuanya akan lebih baik jika kami menghentikanya tapi marnie bersikeras.
"kita butuh tumbal", kata marnie. Yang lainya pergi mencari cari tapi aku tetap duduk. Harusnya aku pergi saja, tapi ada sesuatu yang aneh tentang tempat itu. Aku merasa terhubung dengan tempat tersebut. Terasa menenangkan. Marnie kembali, sambil tersenyum, menggenggam seekor kadal kecil. Dia menjinjing kadal itu dihadapanya, menggumamkan nada puji pujian aneh. Marnie naik ke altar, mencengkeram kadal dengan satu tangan. Elizabeth memberinya sebuah batu. Elizabeth terlìhat agak ragu saat itu. Marie memegang batu itu dengan tangannya yang lain, mengangkatnya tinggi tinggi diatas kepalanya. "dewa dewa mulia yang menjaga hutan ini," teriaknya dengan lantang, "terimalah persembahan tulus ini sebagai pertukaran atas keabadian yang kau berikan". Lalu di hunjamkan batunya ke bawah. Beberapa dari kami terkejut. Aku pikir tak seorangpun dari kami yang menyangka dia sungguh sungguh melakukanya. Noda darah yang hitam terciprat di altar. Angin dingin berhembus menyapu tanah lapang. Saat itulah aku sadar bahwa kami telah membangunkan mereka. Yang lainpun pasti juga merasakanya karena semuanya ingin segera pergi dari sana, bahkan marnie.

Marnie menunggu seminggu penuh sebelum dia meminta kami untuk kembali ke tempat itu bersamanya. Dia mengatakanya seakan akan itu guyonan tapi aku tahu dia sudah termakan oleh pemikiran itu. Matanya, kehilangan cahayanya. Kami pergi bersamanya sampai ke pinggir hutan. Dan kami semua melangkah mundur. Dia menertawai kami, mengejek kami penakut. Kami memang takut tapi kami tidak bodoh. Marnie berusaha membujuk kami, tapi akhirnya dia menyerah. Marnie memutuskan pergi sendirian. Dan kami membiarkannya.

Bloody marry



Bloody Mary adalah legenda Amerika, yaitu seorang wanita, Mary Whirnington yang dikabarkan meninggal di depan cermin. beberapa juga mengatakan kalau meninggal dibunuh dengan kejam oleh kekasihnya atau teman kencannya. beberapa menganggapnya seorang penyihir. Arwah Mary, terperangkap di dalam cermin sehingga ia tidak bisa keluar kecuali ada seseorang yang membuka jalannya dan karena terlalu lama terperangkap di dalam cermin, jiwanya menjadi marah, hampa dan bisa melakukan hal-hal yang di luar batas kemanusiaan. Bloody Mary dapat dipanggil dengan cara mengatakan Bloody Mary 3 kali di depan cermin kamar mandi dengan lampu yang mati. dan kemudian Bloody Mary akan muncul. Mary akan mengambil mata orang yang memanggilnya. Anak-anak di seluruh penjuru Amerika sering memainkannya dan kena atau tidaknya masih misteri.

..................

Aku mendapat cerita mengenai orang yang iseng mencoba melakukan ritual Bloody Mary ini.

Suatu malam, ketika orang tuaku sedang pergi, kakakku menantangku untuk melakukan ritual pemanggilan Bloody Mary.
Karena aku menganggap kisah Bloody Mary itu hanya urban legend saja dan gak bener, aku terima tantangan dari kakakku.

Aku juga berpikir, melakukannya untuk senang-senang saja. Bisa jadi bahan tertawaan nanti. Maka aku lakukanlah ritual pemanggilan Bloody Mary.

Aku ke kamar mandi, mematikan lampu, berjalan melingkar 7 kali sambil sebut nama Bloody Mary 3 kali setiap putaran… Lalu aku berhenti dan berdiri menghadap kaca.

Suasana hening… Aku menunggu.. Beberapa saat, tidak terjadi apa-apa. Suasana benar-benar hening.

Setelah menunggu cukup lama, aku bosan, pada saat aku mau keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba…

Aku mendengar suara wanita bernyanyi… Perlahan aku memutar badanku menghadap kembali ke kaca dan aku melihatnya.
Sesosok wanita berambut coklat kehitaman yang panjang dan basah oleh darah…Di lehernya, terlihat seperti ada irisan bekas sayatan.

Matanya hitam semua, mulutnya menganga, mukanya pucat. Tangannya kurus kering dan berkuku panjang.

Melihat sosok menyeramkan itu, aku berteriak dan berlari ke pintu kamar mandi. Saat aku menggedor-gedor pintu ingin keluar… Sosok di kaca itu marah.

Ia tersenyum mengerikan.. Perlahan 1 tangan berluluran darah keluar dari kaca. Tangan itu menampar & mencakar wajahku tepat di sebelah kanan.

Aku merasakan kukunya waktu mencakar wajahku. Karena ketakutan, aku terjatuh ke lantai, kepalaku membentur sisi bathtub dan aku pingsan.

Ketika sadar, aku sudah di rumah sakit. Kakakku mendekatiku dan berbisik minta maaf atas kejadian ini.

Sejak kejadian itu, aku kapok untuk bermain dan macam-macam dengan tantangan yang mengerikan seperti itu.

Bad Day

Merasa harimu buruk?
Jika kalian merasa demikian baca postingan ini, mungkin setelahnya kalian akan merasa lebih baik.
Kejadian pertama
Petugas pemadam kebakaran di California menemukan mayat di sebuah hutan yang terbakar ketika mereka berasil memadamkan kebakaran hutan itu. pria yang meninggal tersebut memakai baju yang keseluruhannya basah, lengkap dengan tangki selam di punggungnya, sepatu selam dan bahkan masih mengenakan masker selamnya.
Laporan forensic paska kematian menunjukan bahwa pria tersebut bukan tewas karena terbakar, melainkan karena luka dalam yang parah. Catatan gigi menunjukan identitas dari pria tersebut. Penyelidikan dilakukan untuk menguak apa yang terjadi sebenarnya dengan pria yang berpakaian selam lengkap bisa sampai nyasar ke lokasi hutan yang erbakar.
Hasil penyelidikan menunjukan bahwa ketika terjadi kebakaran, pria ini sedang menyelam sekitar 20 mil dari hutan, pemadam kebakaran berusaha untuk memadamkan api secepat mungkin, sehingga mereka menggunakan helicopter untuk menyedot air laut kedalam sebuah penampung air raksasa. Air laut ini kemudian dituangkan untuk menyiram api di lokasi kebakaran. Kalian bisa tebak disini, si penyelam tersedot ke dalam tempat air raksasa. Dan ketika air ditumpahkan untuk memadamkan api dari ketinggian 300 kaki secara otomatis penyelam ini ikut “tumpah” keluar sehingga melakukan terjun bebas.
Satu kata untuk orang ini : APES!
Masih merasa harimu buruk?
Kejadian kedua
Seorang pria sedang memperbaiki motor gedenya di pekarangan rumah, sedangkan istri tercintanya yang bintang pilem india sedang berada di dapur. Ketika menyalakan mesin, motor tergelincir, sedangkan pria ini masih memegang setang. Dia terseret motor ini menabrak pintu pekarangan hingga kacanya hancur, sehingga pria ini terseret diatas pecahan kaca.
Istrinya yang mendengar suara rebut ini segera berlari keluar. Dia mendapati suaminya terluka karena pecahan kaca dan berdarah. Dan motor yang bertambah rusak, dan pintu pekarangan yang hancur berantakan layaknya diterjang godzila.
Dia memanggil ambulan, karena rumah pasangan ini berada di sebuah bukit, maka mereka harus bercapek capek ria dengan menuruni bukit dahulu sebelum akhirnya sang suami bisa diangkut ke rumah sakit. Ketika petugas mengangkut sang suami ke rumah sakit isterinya memberskan puing puing yang berserakan, dia membersihkan bensin yang tertumpah menggunakan kertas toilet kemudian membuangnya di wc duduk. Namun isteri ini yang dalam keadaan panic, lupa menyiramnya.
Setalah dirawat dan akhirnya diijinkan pulang, pria ini kembali kerumah, merasa galau melihat pintu pekarangannya yang hancur dan motornya yang bertambah rusak. Pria ini kemudian menuju ke kamar mandi dan membawa sebuah rokok ditangannya. Kemudian dia “melakukan tugas mulianya” di wc, dan untuk menambah rileks suasana dia hendak merokok, begitu dia menyalakan korek untuk rokoknya…. Tentu saja…………..
BOOOOOOOOOOOOOOOMMMMMM!!!!!!
Isterinya yang ada di dapur mendengar letusan keras dan teriakan suaminya. Dia menemukan suaminya terkapar di lantai kamar mandi, celananya terbakar sehingga ikut membakar bokong, kaki dan pahanya. Sekali lagi isterinya memanggil paramedic. Dan paramedic yang sama berangkat. Karena keadaannya tidak memungkinkan sang pria untuk turun bukit maka paramedislah yang menjemputnya naik. Agak lebih mending, mungkin peruntungan pria ini mulai membaik.
Beneran? Eitttttsss….. tunggu dulu!!! Cerita belum selesai :
Ketika paramedic membawa turun pria ini, mereka menanyakan apa yang terjadi. Maka isterinya member tahu mereka. Paramedic yang sedang menggotong pria ini tentu saja tertawa terbahak bahak, namun sialnya salah satu dari mereka terpeleset karena tertawa ini, sehingga dia jatuh dan pria yang ada dalam tandu terjatuh menggelundung, tidak hanya itu petugas yang terpeleset tadi jatuh menimpa tubuh pria malang ini, sehingga lengannya patah.
Masih merasa harimu buruk??
Baiklah dilanjut…. Namun perlu diingat hal ini mungkin akan menjadi bertambah buruk
Kejadian ketiga
Biaya rata rata untuk merehabilitasi seekor anjing laut setelah terjadi tumpahan minya oleh Exxon valdes adalah sekitar $80000. Pada sebuah acara, dua dari hewan paling mahal di dunia ini akan dilepaskan kembali ke habitat asalnya di alam bebas. Semua hadirin yang ada bertepuk tangan ketika mereka dilepas kelaut. Semenit berikutnya dihadapan hidung semua yang datang, dalam sebuah kejadian yang benar benar jelas terlihat, seekor paus pembunuh memangsa mereka berdua.
Masih juga merasa harimu buruk?
Kejadian ke 4
Seorang wanita pulang ke rumah dan mendapati suaminya di dapur dengan tubuh bergoncang hebat, nyaris seperti orang yang sedang berjoget, dan tampak beberapa kabel menempel padanya dari pinggang yang Nampak berhubungan dengan ketel elektrik.
Berusaha untuk melepaskannya dari sengatan listrik wanita ini memukul suaminya dengan sebuah balok kayu berharap kabel dapat terlepas. Maka kabel terlepas, suaminya lolos dari sengatan listrik yang mematikan. Namun malangnya lengan suaminya patah. Tidak apa apa pikir sang istri, setidaknya suaminya selamat dari maut.
Happy ending?? No!!!!!
Ternyata saat itu suaminya sedang asik berjoget beneran, mendengarkan walkman… kabel yang dilihat isterinya merupakan kabel headset walkman.
WTF?????????????!!!!!!!!!!!!!!!!
WALAH!!! Masih merasa harimu buruk juga???
Kejadian ke 5
Dua orang pejuang hak asasi hewan sedang melakukan demo memprotes tindakan kejam yang dilakukan kepada para babi yang dikirim ke rumah jagal di bonn, jerman. Tiba tiba dua ribu ekor babi menyeruak membobol kandang dan berlarian dengan marah.
Kedua pecinta hewan tersebut tewas terseruduk dan terinjak injak oleh babi.
EH BUSETTTTT????? MASIH TETAP MERASA HARIMU BURUK JUGA??????
Kejadian ke 6
Seorang terorris dari irak khay rahnajet tidak membayar cukup perangko untuk sebuah bom surat. Surat tersebut akhirnya dikembalikan ke tangannya, dengan stempel “kembali ke pengirim”. Lupa surat tersebut adalah bom, teroris apes ini membukanya… dan BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOMMMMMM!!!
Dia meledak bersama serpihan surat.
Begitulah… jadi sekarang gimana??? Masih merasa harimu buruk dan kurang bersyukur? Atau merasa lebih baikan sekarang???

The Crawlspace


Saat sedang belajar di luar negeri, seorang mahasiswa menemukan sebuah apartemen yang cukup terjangkau di Campo de 'Fiori di roma. Dia dan teman-temannya merasa nyaman karena apartemen tersebut di lengkapi dengan mesin cuci dan bak mandi di salah satu  dari dua kamar mandinya.
Mereka menghabiskan dua bulan disana, dengan damai. Namun pada bulan ketiga, salah satu dari mereka menemukan rahasia clawlspace (sebuah ruangan yang hanya bisa dimasukin dengan cara merangkak).Suatu malam, siswa yang menemukan tempat tersebut mendengar sesuatu yang seperti sedang diseret dari crawlspace tersebut. teman-temannya percaya itu hanyalah suara hewan berbahaya yang terbang disana.

Dia tidak begitu yakin.

Beberapa hari kemudian, dia menyiapkan kamera, lalu dia buka pintu kecil yang ada di crawlspace. dan kemudian ia mengabil gambar wajah humanoid dalam bayang-bayang. Namun hal tersebut tidak dapat meyakinkan teman sekamarnya untuk meninggalkan apartemen tersebut. seminggu setelah ia kembali ke Amerika, dia menerima kabar dari direktur programnya: semua teman-temannya telah menghilang.

salah satu aspek terbaik dari cerita ini adalah foto (thumbnail dari entry video).
Gambar berkualitas rendah dengan suara  bising memberikan cukup banyak kemungkinan.
yang mengambarkan betapa tidak manusiawinya makhluk tersebut menyerang, dan meninggalkan begitu banyak imajinasi bagi yang melihatnya.

Sebuah ketukan di jendela


Kisah ini menceritakan seorang pria yang tidak bisa tidur di malam yang gelap dan lembab, meskipu pikirannya kosong dan dia dalam keadaan lelah. Tiba-tiba, ia mendengar ada suara kepalan tangan yang mengetuk kaca jendelanya. Namun, ia tetap tenang karena tidak ada alasan untuk merasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk.
"apa mungkin penyusup akan mengetuk jendala dan tidak membuka atau menghancurkannya" begitu pikir si pria tersebut. walaupun ia berfikir positif namun ia tetap tidak berusaha untuk melihatnya.
Lalu jendela tersebut di ketuk lagi. dan pria tersebut berpura-pura tidur tidak mempedulikannya. namun sesuatu yang ada di luar jendela terus mengetuk jendelanya.

pria itu sekarang tau klo itu bukan perbuatan orang iseng. Namun selama ia didalam dan apa saja mengetuk jendela dari luar ia akan tetap aman. tapi dugaan pria tersebut salah. sesuatu yang ada di luar tersebut kini tidak hanya mengetuk jendela tapi dia juga memukul jendela tersebut sampai hancur dan dia meluncur ke bawah melewati jendela. Pria itu terlihat..... dan terlalu takut untuk berteriak. sesuatu yang pucat, dengan mata seperti manik-manik, telah mengetuk jendelanya sambil berdiri di dalam kamar tidurnya.

BOB


Andrew terbangun dengan kaget, dia tahu apa yang sedang terjadi dan hatinya tercekam, suara serpihan kaca yang retak di lantai bawah mengirimkan ketakutan di urat syarafnya, makhluk itu sudah datang. Setelah berminggu minggu
mengawasi dan menguntitnya, akhirnya makhluk itu memutuskan untuk mendatangi Andrew. Pintu pintu pekarangan yang terbuat dari kaca memberikan jalan masuk yang sempurna bagi makhluk itu.

Andrew berbaring di kasur, di dalam kegelapan yang hanya diterangi cahaya redup rembulan di langit luar yang mengintip dari balik tirai jendela. Dia menyimak, mendengarkan apakah makhluk itu sudah masuk ke dalam. Suara mencekam dari retakan serpihan kaca di bawah kaki makhluk itu
membuktikan ketakutan terbesarnya. Akhirnya makhluk itu sudah berhasil menerobos masuk ke rumah.

Mengetahui kenyataan mengerikan ini, Andrew, gemetaran sekarang, sambil menggenggam erat tongkat kasti besinya, dia mengendap endap menuruni tangga, menuju ke kegelapan yang lebih pekat, dia memutuskan menghadapi makhluk itu sekali untuk selamanya, berharap dalam hati, bahwa makhluk itu akan melarikan
diri seperti yang biasanya dia lakukan setiap terlihat oleh Andrew.

Andrew mematung di dasar tangga,
mendengarkan. Awalnya dia mendengar suara serpihan retakan kaca di bawah kaki makhluk itu,
lalu, untuk pertama kalinya, Andrew mendengar makhluk itu, bernafas parau, seakan akan
tenggorokannya dipenuhi lendir.

Makhluk mengerikan itu menggeram dan menggeletuk,
semakin mendekati Andrew.
Melangkah keluar dari dapur, tak terdengar lagi suara serpihan kaca di bawah kakinya, makhluk itu sekarang berjalan hampir tak bersuara, sungguh aneh dia bisa begitu gesit daripada kelihatannya, mengingat saat makhluk itu berlari
dengan terseok seok. Andrew tahu apa yang harus di lakukannya, di cengkeramnya senjata di
genggaman tanganya lalu... dia membeku, tak dapat bergerak. Andrew tahu dia harus menyerang makhluk itu, tapi dia tak bisa. Giginya, matanya, kulitnya, hampir seperti manusia.

Makhluk itu sudah berada di ruang tengah, semakin mendekati Andrew di setiap detiknya, sedangkan Andrew terlalu takut untuk bergerak. Makhluk itu, walaupun tak mempunyai sepasang
lengan, adalah penjelmaan nyata dari ketakutan Andrew.

Andrew berdiri kaku di dasar tangga, gemetaran. Dia mendengar makhluk itu semakin dekat dan
dekat. Suara aneh memuakkan dari makhluk itu menggema di sepenjuru ruangan yang gelap
gulita. Makhluk itu dekat sekali dengan Andrew, dia punya satu kesempatan untuk membunuhnya
dan Andrew tak akan menyianyiakan kesempatan itu.

Makhluk itu berjalan masuk ke pintu di depan tangga, Andrew berada persis di sebelah kirinya,
di hantamnya makhluk itu sekuat tenaga di bagian dada. Makhluk itu terhempas mundur, kemudian berhenti dan menatap Andrew. Mata liar sipitnya menatap jauh ke dalam jiwa Andrew. Andrew merasakan ketakutan yang luar biasa dari semua yang pernah dialaminya. Makhluk itu mendesis serak pada Andrew, menampakan gigi giginya yang rusak dan menjijikan.

Makhluk itu menendang Andrew di perut, Andrew terpental. Andrew terhempas jatuh ke lantai dalam kesakitan, dan sulit bernafas. Andrew menengadah merangkak lalu bersandar ke dinding di belakangnya. Makhluk itu hanya
melihat Andrew sampai ke dinding, kemudian dia berjalan mendekati Andrew dan menatap tajam
pada Andrew yang terkulai tak berdaya di dinding. Makhluk itu menjejak tulang keringnya, mematahkan tulang Andrew. Tangisan mengalir deras dari mata Andrew, rasa sakit itu begitu tak
tertahankan, hingga membuat Andrew ingin muntah.

Sekarang Andrew sudah tak berkutik, tak bisa lari ataupun melawan. Makhluk itu menempatkan kakinya di atas perut Andrew, lalu menjejak ke
bawah, menusuk perut Andrew dengan kuku kakinya yang panjang dan kotor. Dengan kaki makhluk sekarang itu berada di dalam perut
Andrew, Andrew pun muntah darah. Air matanya mengalir deras, kesakitan itu membuatnya tak
sadarkan diri lalu diapun tewas. Mahkluk itu mencengkeram mayat penuh darah itu, mendekatkan wajahnya ke Andrew lalu mencabik dengan giginya sepotong daging berdarah dari dagu Andrew,
membuat rahang Andrew ternganga miring.

Makhluk itu terus mencabik cabik mayat Andrew dan melahapnya hingga perutnya kenyang.
Kemudian dia pergi... dengan perlahan... Tak bersuara. Membawa kebenciannya yang dalam dan abadi di hatinya. Makhluk itu pergi melewati jalan yang sama dari tempat dia masuk, melalui pintu pekarangan...

The blind maiden




The Blind Maiden atau disebut juga dengan gadis buta adalah sebuah kisah urban legend yang sangat mengerikan dari Spanyol mengenai sebuah situs/web aneh yang menawarkan jasa kepada kalian untuk menambah pengalaman seru dan menakutkan yang berujung dengan kematian.

Ada sebuah urban legend yang baru yang telah beredar di sekolah-sekolah di seluruh negara Spanyol. Anak-anak sekolah dan para remaja pada umumnya, mereka saling bisik berbisik dan membicarakan sebuah rumor, bahwa mereka sedang membicarakan sebuah situs di dunia maya yang aneh, dan mereka menyebut situs itu dengan sebutan "The Blind Maiden" atau di sebut juga dengan situs Si Gadis Buta.

Urban legend kali ini sama sekali tidak terkenal di luar negara Spanyol, karena urban legend ini memang hanya ada di negara Spanyol pada umumnya, para remaja di Spanyol mengatakan bahwa sebagian besar website Blind Maiden ini dalam keadaan offline dan kalian sama sekali tidak dapat mengaksesnya, tidak peduli seberapa keras kalian berusaha untuk mencoba mengakses situs ini, hasilnya tetap tidak bisa di akses. Namun, menurut rumor, situs ini memiliki tiga aturan dan kalian harus mematuhi aturan tersebut, karena peraturan ini adalah sebuah syarat untuk mengakses situs ini.

Ada 3 aturan yang kalian harus patuhi, aturan sekaligus sebagai syarat itu adalah sebagai berikut.

1. Kalian harus dalam keadaan sendiri.

2. Kalian harus mematikan semua lampu di dalam rumah kalian.

3. Setelah itu kalian akses situs ini dengan mengetik situs Blind Maiden tersebut tepat di tengah malam yang tidak berbulan.

Jika kalian memenuhi semua aturan dan persyaratan ini, maka kalian akan diberikan sebuah kesempatan untuk mengakses situs Blind Maiden.

Begitu kalian masuk ke situs ini, maka kalian akan melihat sebuah adegan yang sangat amat mengerikan, di mana terdengar suara orang-orang sedang menjerit ketakutan, sebuah adegan yang mengejutkan seseorang sedang berteriak histeris di pojok kanan layar, ada sebuah foto yang sudah tua di dalam foto itu terdapat seorang anak laki-laki dan perempuan sedang berdiri di atas tebing, wajah mereka dalam ketakutan yang luar biasa entah apa yang mereka takutkan, setelah itu ada sebuah adegan di mana ada seorang wanita tua sedang berlari keluar dari rumahnya dan ia memegang sebuah pisau di tanganya sambil menatap sinis tajam dan mengucapkan sesuatu ''Aku akan membunuhmu, seperti kau membunuh kedua anakku!'', beberapa saat kemudian setelah itu ada sebuah adegan yang sangat mengerikan seorang gadis yang dibakar hidup-hidup oleh sekumpulan orang pada malam hari dan di dalam lahapan api gadis itu berteriak ''Tolong, tolong aku, siapapun kau disana tolong aku!'', sayangnya beberapa adegan yang ditampilkan sangat cepat dan berkedip satu layar adegan demi adegan tanpa adanya penjelasan yang jelas.

Menurut cerita, akan ada beberapa baris teks berbahasa Spanyol muncul di layar, apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia artinya sebagai berikut.

Di bawah teks ada dua buah tombol, yang bertuliskan "Terima" dan "Tolak"

Pada momen ini kalian mungkin akan sangat penasaran bukan? Kalian mungkin akan tergoda untuk menekan tombol "Terima". Jangan! jangan kau tekan tombol ''Terima'' karena itu adalah kesalahan yang besar, jika kalian menekan tombol terima maka akan terjadi sesuatu pada kalian. Klik "Tolak" dan kalian tetap aman dan keluar dari situs ini dengan hati tenang.

Namun sebaliknya jika kalian menekan tombol ''Terima'' maka tiba-tiba layar monitor komputer kalian akan berubah menjadi sebuah adegan video secara live (langsung), kalian akan melihat sesosok figur manusia yang sedang berjalan menuju rumah kalian! Setelah itu mungkin kalian akan merasa takut bukan? dan kalian ingin secepatnya mematikan komputer kalian, namun sayangnya kalian tidak bisa menghentikan video live ini, walaupun kalian mencabut stop kontak alhasil komputer kalian akan tetap menyala. Di bagian ini kalian akan menonton sebuah adegan di mana ada seseorang yang mendekati rumah kalian membuka pintu dan memasuki sebuah ruangan yang sama di mana kalian sekarang sedang duduk di depan komputer. Ketika sampai tepat di depan kamar kalian, maka pintu kamar akan terbuka perlahan dan kalian akan merasakan sesuatu yang hadir di dalam kamar kalian tepat di belakang kalian, dan kalian akan merasakan sesuatu yang menyentuh di bahu kalian. Dan sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada kalian, kalian akan mati di tempat, hal terakhir yang kalian dapat lihat sebelum kalian mati adalah akan muncul sesosok wajah seorang gadis buta dengan mata yang menonjol keluar, menatap kalian tanpa ekspresi apapun.

Menurut urban legend, secara paksa gadis buta itu akan mengambil kedua bola mata kalian dengan kedua tanganya dan mengambil sebuah snapshot dari wajah kalian sebagai bagian dari galeri foto website Blind Maiden.

Apakah kalian bersedia untuk mengambil sebuah resiko yang sangat berat? Dan ingat nyawa kalian hanya satu. Semua pilihan itu hanya ada di tangan kalian.

Oke.... Selamat mencoba ya!! resiko tanggung sendiri. Atau mungkin biar berhasil kalian harus ke Spanyol dulu..