Senin, 29 Juni 2015

I Felt Alive


Umur pernikahan kami sudah sebelas tahun saat kemudian, aku merasakan segalanya menjadi membosankan, hubungan yang dingin, dan gairah yang padam. Segalanya kemudian dimulai dengan pelan. Seorang gadis cantik yang lewat, pelayan perempuan yang ramah di sebuah restoran, atau teman kerja yang genit. Kemudian pikiranku mulai berkelana ke mana-mana. Imajinasi begitu hidup, mendampingi dan menggoda. Tak perlu waktu lama untuk mencari-cari kesempatan, kemungkinan ….
Akhirnya, hal itu terjadi juga. Segalnya seperti yang kuimpikan. Aku tak pernah merasa begitu hidup selama bertahun-tahun sebelumnya. Saat bersentuhan, aku merasa seperti ada aliran listrik yang mengaliri tubuhku. Aku tak pernah berharap segalanya itu berakhir. Namun, pada suatu hari semua keindahan itu usai. Semua hancur dalam sekejap.
Sekarang, setiap malam sebelum tidur, aku melihat gadis impianku itu. Lengannya yang sempurna, matanya yang sebiru lautan, bibirnya yang ranum dan merekah, kaki jenjangnya yang halus dan putih pucat. Istriku memastikanku untuk melihat tiap jengkal potongan tubuhnya sebelum aku tidur, untuk mengingatkanku betapa mahal harga yang yang harus kubayar untuk merasa hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar