Sabtu, 09 Agustus 2025

Pintu ketiga

Aku pindah ke rumah kontrakan tua di pinggir desa karena harga sewanya murah. Rumah itu punya dua kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu dapur. Pemiliknya bilang tidak ada yang pernah tinggal di sini lebih dari enam bulan. Aku pikir karena kondisinya agak lembab dan berdebu.

Malam pertama berjalan biasa saja, sampai aku bangun sekitar pukul 3 pagi karena mendengar suara pintu berderit dari arah dapur. Saat aku keluar dari kamar, aku perhatikan sesuatu yang aneh — ada satu pintu di ujung lorong yang aku yakin tidak ada kemarin.

Pintu itu terbuat dari kayu tua, catnya mengelupas, dan tidak ada gagang pintu. Anehnya, dari celah bawahnya keluar cahaya redup berwarna kekuningan.

Penasaran, aku mencoba mengintip melalui celah kayu, tapi yang terlihat hanya lorong gelap yang terus memanjang… dan suara langkah kaki yang perlahan mendekat.

Jantungku berdegup keras. Aku mundur, tapi suara langkah itu semakin cepat, semakin keras, sampai… sesuatu menendang pintu dari dalam.

Aku terjatuh, dan saat membuka mata lagi, pintu itu sudah hilang. Hanya dinding kosong.

Malam-malam berikutnya, pintu itu selalu muncul lagi… tapi setiap kali aku mengintip, jarak langkah kaki itu semakin dekat.

Aku tidak yakin berapa lama lagi aku bisa bertahan sebelum “sesuatu” di balik pintu itu berhasil keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar